MarketNews.id PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dalam sembilan bulan pertama tahun ini mampu meningkatkan laba bersih perseroan meskipun dari sisi pendapatan alami penurunan pendapatan.
Keberhasilan emiten Semen ini dalam meningkatkan laba, lantaran perseroan konsisten fokus pada strategi pengelolaan topline melalui pendekatan multibrand untuk mengoptimalkan marjin profitabilitas dengan pasar yang dominan. Dampaknya, perseroan mampu menekankan beban penjualan, beban umum dan administrasi serta beban keuangan.
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) bisa membukukan laba bersih sebesar Rp1,65 triliun atau meningkat 18,71 persen dibanding periode yang sama di 2021 senilai Rp1,39 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip Rabu 2 November 2022, perolehan pendapatan SMGR untuk periode Januari-September 2022 tercatat menurun tipis sebesar 0,2 persen (year-on-year) menjadi Rp25,28 triliun.
Di tengah penurunan pendapatan tersebut, beban pokok pendapatan SMGR per Kuartal III-2022 justru meningkat 1,64 persen menjadi Rp17,94 triliun dari Rp17,65 triliun per Kuartal III-2021.
Sehingga, laba bruto SMGR selama sembilan bulan pertama tahun ini menjadi Rp7,34 triliun atau mengalami penurunan dibanding periode yang sama di 2021 sebesar Rp7,68 triliun.
Namun untuk periode Januari-September 2022, SMGR terpantau mampu menekan jumlah beban penjualan, beban umum dan administrasi, serta beban keuangan. Sehingga, laba periode berjalan SMGR per Kuartal III-2022 tercatat sebesar Rp1,73 triliun atau meningkat 20,14 persen (y-o-y).
Menurut Corporate Secretary SMGR, Vita Mahreyni, per Kuartal III-2022, EBITDA absolut perseroan tercatat 0,6 persen lebih tinggi (y-o-y) menjadi Rp5,73 triliun dan marjin EBITDA meningkat 0,1 persen menjadi 22,7 persen.
Dalam keterangan resmi SMGR, Vita mengaku bahwa SMGR secara konsisten berfokus pada strategi pengelolaan topline melalui pendekatan multibrand untuk mengoptimalkan marjin profitabilitas dengan pangsa pasar yang dominan.
Selain itu, perseroan juga secara berkelanjutan melakukan pengendalian biaya untuk mencapai operational excellence melalui optimalisasi produksi dan jaringan distribusi, serta penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan untuk mencapai target dekarbonisasi melalui penurunan clinker factor dan peningkatan thermal substitution rate (TSR).