MarketNews.id Keputusan Bank Indonesia (BI) tidak menaikan Suku bunga acuan hari ini disambut positif oleh pelaku usaha. Apalagi ancaman krisis pangan dan energi secara global sudah mulai menghantui dunia termasuk Indonesia. Meskipun begitu BI harus tetap mewaspadai lonjakan harga pangan dan energi yang terjadi belakangan ini.
Bank Indonesia (BI) menyatakan belum menaikkan suku bunga acuan meskipun suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sudah lebih dulu mengalami peningkatan. Bahkan di tengah ancaman krisis pangan dan energi secara global, BI masih konsisten menjaga besaran suku bunga acuannya di level 3,50 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa alasan suku bunga acuan ditahan lantaran inflasi inti belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Di sisi lain indeks harga konsumen (IHK) pada Juni 2022 sudah cukup tinggi di level 4,35 persen secara tahunan.
Meski begitu BI tetap mewaspadai lonjakan harga pangan dan energi yang terjadi belakangan ini. Sebab kenaikan harga untuk barang yang masuk dalam kelompok inflasi inti bisa menjadi salah satu faktor pertimbangan bagi BI untuk meningkatkan suku bunga acuannya.
“Inflasi inti tetap terjaga sebesar 2,63 persen (yoy) didukung oleh konsistensi kebijakan BI dalam menjaga ekspektasi inflasi. Sementara itu, inflasi kelompok volatile food meningkat, terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca,” ujar Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis 21 Juli 2022.
Lebih lanjut, tekanan inflasi IHK diperkirakan akan terus meningkat akibat naiknya harga energi dan pangan global. Inflasi IHK pada 2022 diperkirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan kembali ke dalam sasaran 3,01 persen pada 2023.
“Kami akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah ( TPIP dan TPID ),” tandas Perry.