MarketNews.id Pasar modal Indonesia diharapkan tidak ikut terpapar langsung dengan meningkatnya laju inflasi di Eropa dan Amerika. Bank Indonesia telah memberikan isyarat belum akan menaikan tingkat bunga acuan dalam waktu dekat ini. Dasarnya, inflasi yang terjadi di Indonesia masih di anggap rendah bila dibandingkan dengan inflasi yang terjadi di Eropa maupun negara besar lainnya seperti Amerika.
PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) memperkirakan penerbitan obligasi korporasi sepanjang semester kedua tahun ini tetap banyak peminatnya. Secara moderat, diperkirakan obligasi korporasi yang akan masuk pasar sekitar Rp 105 triliun-Rp110 triliun.
PT Penilai Harga Efek Indonesia ( PHEI ) menyebutkan bahwa dalam skenario moderat, penerbitan obligasi korporasi di sepanjang Semester II-2022 diperkirakan sekitar Rp105 triliun – Rp110 triliun, kendati pasar obligasi domestik diproyeksikan bergerak volatile.
Perkiraan tersebut disampaikan oleh Head of Research & Market Information Department PHEI , Roby Rushandie dalam agenda “Edukasi Wartawan Pasar Modal Terkait Proyeksi Obligasi pada Semester II-2022 yang diselenggarakan secara virtual, Rabu 22 Juni 2022.
“Pasar obligasi Indonesia hingga akhir 2022 diperkirakan cenderung volatile. Namun, volatilitas jangka pendek dapat berpotensi mendorong kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN),” ujar Roby.
Lebih jauh Roby mengungkapkan, risiko pada pasar obligasi domestik akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti pengetatan kebijakan moneter oleh sejumlah bank sentral di negara maju, tren kenaikan inflasi global, adanya ketegangan geopolitik hingga kondisi pandemi Covid-19.
Namun, jelas Roby, sejauh ini kondisi makroekonomi di dalam negeri masih terjaga dengan baik, penurunan defisit fiskal dan kebijakan burden sharing Bank Indonesia yang telah menopang pasar keuangan.
“Arah kebijakan moneter BI cenderung menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan mengoptimalkan normalisasi non-suku bunga,” ujarnya.
Lebih lanjut dia memperkirakan, pada paruh kedua tahun ini investor asing masih berada dalam kondisi net sell SBN. “Tetapi, investor domestik masih menjadi penopang demand di pasar SBN,” pungkas Roby.