Home / Otoritas / Bank Indonesia / OJK : Kinerja Intermediasi Lembaga Jasa Keuangan Terus Meningkat

OJK : Kinerja Intermediasi Lembaga Jasa Keuangan Terus Meningkat

Marketnews.id Kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan terus meningkat dan semakin berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi nasional.

Hingga pekan ketiga bulan Mei 2022, jumlah penawaran yang dilakukan emiten di pasar modal mencapai Rp100 triliun diantara datang dari 23 emiten baru. Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga akhir April 2022, penyaluran kredit perbankan alami pertumbuhan sebesar 9,1 persen. Secara umum kondisi Lembaga Jasa Keuangan alami pertumbuhan positif meskipun ekonomi globa alami goncangan dampak dari meningkat inflasi dan naiknya harga komoditas.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga saat ini perkembangan sektor jasa keuangan tetap stabil dan terjaga, bahkan kinerja intermediasi lembaga keuangan berada dalam tren meningkat di tengah ketidakpastian global.


Laporan tersebut disampaikan oleh Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK, Anto Prabowo dalam siaran pers OJK, Kamis 26 Mei 2022 “Kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan terus meningkat dan semakin berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi nasional”.


Untuk industri pasar modal, per 24 Mei 2022, jumlah penawaran umum yang dilakukan oleh emiten sebanyak 79 perusahaan, dengan total nilai penghimpunan dana mencapai Rp100,1 triliun, sebanyak 23 perusahaan di antaranya merupakan emiten baru.


Dengan dilakukan pencatatan perdana saham PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV), maka hingga saat ini sudah ada 20 emiten saham yang baru di 2022. Selanjutnya, PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk ( ASHA ) berencana mencatatkan sahamnya di BEI pada 27 Mei 2022.


Anto menyampaikan, dalam pipeline saat ini terdapat 105 emiten yang akan melakukan penawaran umum, dengan total indikasi nilai penawaran mencapai Rp68,67 triliun.


Anto menyebutkan, per 20 Mei 2022, Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) tercatat melemah sebesar 4,3 persen (month-to-date) ke level 6.918, sejalan dengan aliran dana nonresiden yang tercatat outflow sebesar Rp9,23 triliun (m-t-d).


Pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga terpantau melemah, dengan rata-rata yield SBN meningkat sebesar 42,5 basis poin di seluruh tenor, sejalan dengan outflow SBN investor nonresiden sebesar Rp37,81 triliun (m-t-d). Sepanjang Mei 2022, total net outflow nonresiden di IHSG dan pasar SBN mencapai Rp47,04 triliun.


Berdasarkan data OJK per akhir April 2022, lanjut Anto, penyaluran kredit perbankan mengalami pertumbuhan sebesar 9,1 persen (year-on-year) atau sebesar 3,69 persen secara year-to-date.

Secara sektoral, kredit sektor pertambangan dan manufaktur mengalami pertumbuhan (month-to-month) masing-masing Rp21,5 triliun dan Rp20,8 triliun.


Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat bertumbuh 10,11 (y-o-y) atau sebesar 0,08 persen (y-t-d).


Per akhir April 2022, industri asuransi mencatatkan penghimpunan premi sebesar Rp21,8 triliun, yang terdiri dari asuransi jiwa sebesar Rp8,6 triliun dan asuransi umum beserta reasuransi sebesar Rp13,2 triliun.


Fintech P2P lending mencatatkan outstanding pembiayaan sebesar Rp38,68 triliun atau bertumbuh 87,7 persen (y-o-y). Piutang perusahaan pembiayaan per April 2022 tercatat bertumbuh 4,51 persen (y-o-y).


“Peningkatan kinerja intermediasi terjadi di tengah perekonomian global yang masih menghadapi tekanan inflasi dan telah mendorong pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh mayoritas bank sentral dunia. Konflik Rusia-Ukraina dan terganggunya global supply chain akibat lockdown di China terus mendorong kenaikan harga komoditas, terutama energi dan pangan,” papar Anto.


Anto menilai, kenaikan inflasi yang diikuti oleh pengetatan kebijakan moneter global telah meningkatkan potensi terjadinya hard landing, sehingga meningkatkan volatilitas di pasar keuangan global dan terjadinya outflow dari pasar keuangan emerging markets.


Namun kinerja perekonomian domestik masih terjaga, tercermin dari rilis PDB Kuartal I-2022 yang sebesar 5,01 persen (y-o-y) dan diikuti dengan peningkatan kinerja mayoritas perusahaan publik di periode yang sama.


Indikator ekonomi high frequency juga terpantau masih positif, sehingga mengindikasikan berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional. Selain itu, pemerintah juga telah menaikkan anggaran subsidi energi menjadi Rp443,6 triliun atau terbesar sepanjang sejarah.

Check Also

Kilang Pertamina Internasional Hasilkan Dekarbonisasi 430 Ribu Ton CO2 Eq

MarketNews.id-Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 atau lebih cepat merupakan program yang perlu mendapatkan dukungan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *