Home / Otoritas / Bank Indonesia / BI : Kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) Tidak Pengaruhi Likuiditas Perbankan

BI : Kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) Tidak Pengaruhi Likuiditas Perbankan

Marketnews.id Kondisi perbankan nasional saat ini dalam posisi terbaik setelah berlangsungnya pendemi. Dimana Pemerintah, sebelum memberikan stimulus buat pelaku usaha, terlebih dahulu memberikan stimulus buat perbankan dan lembaga keuangan.

Hasilnyapun nyata. Perbankan nasional memiliki likuiditas yang longgar di perlihatkan oleh rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) mencapai 35,12 persen lebih tinggi posisinya dibanding sebelum pendemi terjadi.

Bank Indonesia (BI) memastikan kebijakan kenaikan giro wajib minimum (GWM) yang ditetapkan tidak akan menganggu likuiditas perbankan. Dengan begitu perbankan masih tetap leluasa untuk menyalurkan kreditnya.

Longgarnya kondisi likuiditas perbankan ini ditunjukkan oleh rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) mencapai 35,12 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi.


Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan bahwa kenaikan GWM hanya berpengaruh pada pengurangan likuiditas namun porsinya sangat kecil. Sehingga secara umum hampir dapat disejajarkan dengan tidak ada dampak yang signifikan bagi perbankan.


“Kami tidak melihat pengaruh dampak kenaikan GWM, memang peningkatan GWM berpengaruh pada pengurangan likuditas namun itu sangat kecil dan terukur, likudiitas di perbankan masih sangat longgar saat ini,” ujar Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis, 10 Pebruari 2022.


Di sisi lain, BI telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp10,34 triliun pada tahun 2022 (hingga 8 Februari 2022). BI juga melanjutkan pembelian SBN (surat berharga negara) di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2022 sebesar Rp3,56 triliun (hingga 8 Februari 2022) melalui mekanisme lelang utama.


Dijelaskan juga bahwa kondisi likuiditas perbankan bulan Desember 2021 tetap longgar. Ini tercermin pada Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 12,21 persen (yoy).

Likuiditas perekonomian yang meningkat juga tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) pada Desember 2021 yang tumbuh meningkat masing-masing sebesar 17,9 persen (yoy) dan 13,9 persen (yoy).


“Pertumbuhan uang beredar tersebut terutama didukung oleh berlanjutnya ekspansi fiskal dan peningkatan kredit perbankan,” pungkas dia.

Check Also

Bukalapak (BUKA) Masih Alami Defisit Sebesar Rp9, 791 Triliun Di Juni 2025

MarketNews.id- Bukalapak.com (BUKA), membukukan pertumbuhan pendapatan 27,9 persen secara tahunan menjadi Rp3,087 triliun pada akhir …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *