Marketnews.id Tidak dapat dipungkiri, kebijakan Pemerintah dalam penanganan pendemi Covid-19 akan berdampak pada gerak ekonomi nasional. Kebijakan PPKM dengan berbagai level mau tidak mau membatasi gerakan atau aktivitas masyarakat yang berdampak pada menurunnya aktivitas ekonomi termasuk komsumsi rumah tangga. Seperti diketahui, penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah konsumsi rumah tangga. Turunnya angka konsumsi rumah tangga dipastikan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, proses pemulihan ekonomi terus berlanjut. Diyakini recovery ekonomi yang tertekan akibat pandemi Covid-19 bisa dilakukan pada kuartal III 2021 ini walaupun secara bertahap.
“Kita berharap mulai Agustus dan September nanti, momentum pertumbuhan akan terjaga kembali,” jelas Sri Mulyani dalam keterangannya, Selasa, 31 Agustus 2021.
Dijelaskan bahwa salah satu penopang pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga. Dengan mulai dilonggarkannya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Masyarakat ( PPKM ) diharapkan bisa kembali menggairahkan permintaan sehingga pemulihan ekonomi bisa diakselerasi.
Diakui bahwa PPKM yang diputuskan pemerintah dan terus diperpanjang hingga saat ini memberikan tekanan pada beberapa aspek ekonomi. Namun pilihan ini harus diambil agar penyebaran Covid-19 bisa ditekan dan tidak kembali melonjak seperti beberapa waktu lalu.
“Kalau kita lihat koreksi yang terjadi akibat PPKM , terutama level 4 di Jawa-Bali, memang menyebabkan beberapa indikator konsumsi kita mengalami koreksi yang cukup dalam pada bulan Juli,” jelas dia.
Sebagai informasi, Data Mandiri Spending Index (MSI) dari Mandiri Institute menunjukkan, indeks nilai belanja masyarakat pada tanggal 1 Agustus 2021 turun dalam hingga ke level 73,3. Meskipun demikian, nilai tersebut berbalik naik ke level 79,7 per 15 Agustus 2021. Pemulihan belanja masyarakat ini terjadi seiring dengan relaksasi PPKM dan menurunnya kasus positif Covid-19, pungkas Sri Mulyani.