Home / Korporasi / BUMN / Kinerja Semester I 2021 PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Semakin Terpuruk. Menajemen Mengandalkan Konsultan Agar Selamat Dari Kebangkrutan

Kinerja Semester I 2021 PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Semakin Terpuruk. Menajemen Mengandalkan Konsultan Agar Selamat Dari Kebangkrutan

Marketnews.id Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) saat ini mengandalkan nasehat dan arahan dari konsultan yang mereka tunjuk untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh maskapai penerbangan pembawa bendera negara ini. Setelah berjalan beberapa bulan tim konsultan mendampingi manajemen GIAA, beberapa kebijakan telah di ambil oleh manajemen. Mulai dari negoisasi dengan para lessor pesawat, kepada pemegang saham, pemegang obligasi agar menunda tuntutan pailit hingga rasionalisasi karyawan termasuk didalam mengembalikan pesawat yang tidak dipakai lantaran sepinya penumpang.

PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) tengah merampungkan skema dan rencana restrukturisasi menyeluruh yang didukung oleh sejumlah konsultan yang telah ditunjuk oleh perseroan.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, terkait dengan rencana restrukturisasi tersebut di dalamnya meliputi pengelolaan kewajiban usaha terhadap kreditur, tata kelola organisasi, hingga pengembangan model bisnis yang adaptif terhadap tantangan kinerja usaha ke depannya.


“Proses tersebut saat ini telah dimatangkan. Kami melihat fase restrukturisasi ini menjadi langkah krusial yang perlu ditempuh, guna menjadikan Garuda Indonesia entitas bisnis yang lebih sehat dan bisa menjawab tantangan kinerja usaha,” jelasnya, Selasa 31 Agustus 2021.

Sebelumnya, emiten berkode saham GIAA tersebut juga sedang menyusun konsep baru yakni The New Garuda Indonesia. Dalam rencana bisnis baru tersebut, filosofinya Garuda akan lebih sederhana, tetapi tetap menguntungkan. Hal itu dikarenakan perseroan menyadari bahwa jumlah pesawat yang akan dilayani bakal jauh berkurang.

Adapun, terkait dengan kepastian jumlah pesawat yang digunakan, Irfan menyebut masih terus dihitung oleh perseroan. Selanjutnya, dia juga memastikan dengan adanya pengurangan jumlah pesawat yang digunakan turut berdampak terhadap jumlah rute penerbangan.
Dalam dokumen keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juni 2021, maskapai penerbangan pelat merah tersebut kini hanya mengoperasikan 53 pesawat. Hal itu berkurang drastis dari total pesawat yang berjumlah 142 di mana 136 berstatus sewa dan 6 pesawat sisanya dimiliki sendiri.


Dalam dokumen keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juni 2021, maskapai penerbangan pelat merah tersebut kini hanya mengoperasikan 53 pesawat. Hal itu berkurang drastis dari total pesawat yang berjumlah 142 di mana 136 berstatus sewa dan 6 pesawat sisanya dimiliki sendiri.

GIAA memastikan kondisi pesawat yang dioperasikan laik terbang (airworthy) sesuai dengan peraturan penerbangan yang telah disahkan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) Kementrian Perhubungan. Saat ini sendiri ada 39 pesawat yang berstatus dalam perawatan.

perseroan memastikan penggunaan armada pesawat dalam penerbangan selama masa pandemi ini turut memperhatikan tingkat isian dari angkutan kargo. Belum lagi diberlakukannya beberapa kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat, antara lain melalui penyesuaian atau pengurangan frekuensi penerbangan hingga optimalisasi penggunaan armada untuk rute padat penumpang.

Seperti diketahui, GIAA mencatatkan perbaikan kinerja pendapatan di lini bisnis pendapatan tidak berjadwal dan peningkatan kargo sepanjang semester I/2021.

Adapun pendapatan usaha yang berasal dari pendapatan penerbangan tidak berjadwal mengalami kenaikan sebesar 93,2 persen dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2020 lalu.Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan dengan adanya kenaikan tersebut, Garuda Indonesia akan terus mengoptimalkan potensi pangsa pasar charter, baik untuk layanan penumpang maupun kargo.

Menurut Irfan Setiaputra dengan adanya kenaikan tersebut, Garuda Indonesia akan terus mengoptimalkan potensi pangsa pasar charter, baik untuk layanan penumpang maupun kargo.
Khusus untuk angkutan logistik, GIAA mencatat tren kenaikan jumlah kargo yang diangkut di setiap penerbangan sepanjang Semester I/2021. Garuda Indonesia secara Group turut berhasil mencatatkan jumlah angkutan kargo sebesar 152,3 juta ton tumbuh sebesar 37,56 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 sebesar 110,71 juta ton.

Sementara itu, beban usaha pada Semester I/2021 tercatat mengalami penurunan sebesar 15,9 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yakni dari US$ 1,6 miliar menjadi US$ 1,3 miliar.

“Lebih lanjut, penurunan beban usaha perseroan juga turut ditunjang oleh berbagai langkah strategis efisiensi yang tengah ditempuh diantaranya melalui langkah renegosiasi sewa pesawat hingga restrukturisasi jaringan penerbangan melalui penyesuaian frekuensi rute-rute penerbangan,” urainya.

Di tengah masih belum pulihnya kinerja bisnis penerbangan nasional, Garuda Indonesia melakukan berbagai langkah strategis meningkatkan pendapatan usaha, diantaranya melalui optimalisasi ancillary revenue.

Perseroan secara aktif menjalin kemitraan dengan berbagai pihak eksternal memaksimalkan potensi pendapatan di luar bisnis inti pengangkutan penumpang, baik melalui kemitraan bersama sektor retail, industrial, maupun kolaborasi strategis bersama ekosistem penunjang sektor logistik nasional.


Realita bisnis tersebut tergambarkan dalam catatan kinerja usaha sepanjang Semester I/2021, dimana Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 696,8 juta atau turun sebesar 24 persen dibandingkan pendapatan usaha pada periode yang sama tahun lalu.

Lebih lanjut, pendapatan usaha Semester I/2021 tersebut dikontribusikan oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar US$ 556,5 juta, penerbangan tidak berjadwal US$ 41,6 juta dan pendapatan lainnya US$ 98,6 juta.

Tantangan kinerja usaha yang terefleksikan melalui penurunan pendapatan usaha tersebut tidak terlepas dari trafik penumpang yang menurun signifikan imbas kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat ditengah peningkatan positive rate kasus Covid-19 di Indonesia.

Check Also

Target Prapenjualan PANI Turun 3,6 Persen Jadi Rp5,3 Triliun Di 2025

MarketNews.id- Pantai Indah Kapuk Dua (PANI), emiten properti kongsian Agung Sedayu milik Sugianto Kusuma alias …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *