Marketnews.id Kinerja PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk sepanjang semester pertama tahun ini mencatat kinerja positif. Meningkatnya pendapatan bersih dari Rp6,18 triliun menjadi Rp 6,67 triliun pada semester pertama tahun ini membuat perseroan mendulang laba signifikan. Mampukah produsen semen ini meningkatkan kinerjanya di semester kedua tahun ini.
Selama enam bulan pertama tahun ini, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan kenaikan laba bersih menjadi sebesar Rp586,58 miliar dari Rp470,03 miliar pada periode yang sama di 2020.
Berdasarkan laporan keuangan INTP yang dikutip di Jakarta, Jumat (30/7), peningkatan laba bersih tersebut ditopang oleh kenaikan jumlah pendapatan bersih di Semester I-2021 yang sebesar Rp6,67 triliun, naik dari Rp6,18 triliun pada Semester I-2020.
Seiring dengan bertumbuhnya pendapatan, jumlah beban pokok pendapatan INTP selama enam bulan pertama di 2021 tercatat sebesar Rp4,57 triliun atau lebih tinggi dibanding periode yang sama di 2020 senilai Rp4,3 triliun. Sehingga, pada semester pertama tahun ini jumlah laba bruto INTP menjadi sebesar Rp2,09 triliun atau masih lebih tinggi dibanding laba bruto di Semester I-2020 yang senilai Rp1,88 triliun.
Adapun jumlah laba sebelum pajak untuk periode yang berakhir 30 Juni 2021 tercatat sebesar Rp730,86 miliar atau lebih besar dibanding periode yang sama di 2020 sebesar Rp549,64 miliar.
Dengan jumlah beban pajak penghasilan (neto) pada Semester I-2021 yang sebesar Rp144,29 miliar, maka laba periode berjalan yang dicatatkan INTP pada paruh pertama tahun ini menjadi Rp586,58 miliar atau lebih besar dibanding paruh pertama di 2020 yang senilai Rp470,03 miliar.
Adapun besaran laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di Semester I-2021 juga sebesar Rp586,58 miliar.
Per 30 Juni 2021, INTP mampu menekan jumlah liabilitas menjadi Rp4,59 triliun dari Rp5,17 triliun per 31 Desember 2021. Sedangkan, total ekuitas hingga Semester I-2021 tercatat meningkat menjadi Rp22,76 triliun dari posisi per akhir Desember 2020 yang senilai Rp22,18 triliun.