Home / Otoritas / Bank Indonesia / Indeks Manufaktur Indonesia Di Bulan Juni 2021 Masih Ekspansif Pada level 53,5

Indeks Manufaktur Indonesia Di Bulan Juni 2021 Masih Ekspansif Pada level 53,5

Marketnews.id Dalam delapan bulan berturut-turut, Indeks Manufaktur Indonesia (PMI) terus bergerak dilevel ekspansif posisi ini menunjukkan aktivitas bisnis bergerak meskipun bulan Juni terjadi penurunan indeks lantaran Kasus Covid-19 kembali meningkat. Pemerintah telah menetapkan PPKM Darurat hingga tiga pekan ke depan hingga 20 Juli 2021. Besarnya kemungkinan indeks PMI akan mengalami penurunan keluar dari zona ekspansif.

Geliat industri manufaktur Indonesia masih terus berlanjut di Bulan Juni 2021. Hal ini tercermin dari PMI Manufaktur yang tetap berada di zona ekspansif pada angka 53,5, meski sedikit menurun dari bulan lalu yang sempat menyentuh 55,3. Dengan demikian, PMI Manufaktur berada di zona ekspansif selama 8 bulan berturut-turut.


Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu mengatakan peningkatan yang agak melambat terjadi pada aktivitas bisnis termasuk pada output dan new order dari eskpor karena adanya eskalasi kasus pandemi Covid – 19. “Selain itu, penurunan juga mencerminkan sangat tingginya ekspansi PMI manufaktur bulan sebelumnya yang merupakan rekor level tertinggi,” kata Febrio dalam keterangan tertulis, Kamis (1/7).


Kondisi bisnis secara keseluruhan masih berekspansi. Output dan permintaan domestik dan ekspor masih menunjukkan ekspansi. Kondisi ketenagakerjaan juga relatif stabil pada bulan Juni, seiring dengan penambahan jumlah tenaga kerja secara moderat yang berpengaruh pada peningkatan kapasitas produksi.


Di sisi lain, gangguan dari peningkatan penyebaran varian Covid-19 menyebabkan terjadinya peningkatan penumpukan pekerjaan dan perlambatan dalam waktu pemenuhan pesanan. “Selain itu, tekanan pada harga juga terus terjadi dimana kenaikan harga input dan output yang relatif cepat pada bulan Juni, menjadi penyebab utama inflasi. Hal ini mendorong perusahaan mencari cara untuk meneruskan biaya kepada klien atau konsumen,” ujar Febrio.


Febrio menyatakan, optimisme penguatan produksi masih bertahan di atas rata-rata historis survei. Namun, optimisme penguatan bisnis secara keseluruhan mulai dibayangi kecemasan atas eskalasi Covid-19.


“Kondisi pemulihan ekonomi ke depan akan ditentukan oleh efektivitas upaya menurunkan kasus harian Covid-19. Sensitivitas ini telah kita lihat pada periode Q1 dimana PPKM Mikro diterapkan dan berhasil menurunkan kasus. Di sini terletak urgensi bagi seluruh pemangku kepentingan tidak hanya Pemerintah tetapi juga masyarakat luas untuk bisa bahu membahu menurunkan kasus Covid-19 dengan segera”, jelas Febrio.

Check Also

RATU Alami Penurunan Laba Bersih 43,2 Persen Jadi USD13, 867 Juta Di 2024

MarketNews.id-Raharja Energi Cepu (RATU), membukukan pertumbuhan pendapatan bersih 22,7 persen secara tahunan menjadi USD57,743 juta …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *