Marketnews.id Putar fokus, mungkin ini langkah inovasi yang dilakukan oleh PT PP Presisi Tbk dalam menghadapi tantangan bisnis di tengah pendemi yang masih terus berlangsung. Dalam tiga tahun ke depan, perusahaan yang awalnya fokus pada jasa konstruksi, kini akan berfokus pada usaha jasa tambang nikel.
Selama kurun tiga tahun ke depan, PT PP Presisi Tbk (PPRE) akan lebih fokus ke bisnis jasa pertambangan nikel. Sedangkan, pada tahun ini perseroan menargetkan bisa meraih kontrak baru sebesar Rp1,5 triliun dari jasa pertambangan.
Berdasarkan siaran pers PPRE yang dipublikasi Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (22/6), untuk sepanjang tahun ini PPRE menargetkan sedikitnya ada tambahan tiga kontrak baru yang berasal dari jasa pertambangan nikel di Morowali Utara dan Halmahera.
“PP Presisi hingga akhir 2021 menargetkan tambahan kontrak baru dari jasa tambang sebesar lebih dari Rp1,5 trilliun,” kata Direktur Utama PPRE, Rully Noviandar.
Dia mengatakan, masuknya PPRE ke jasa pertambangan merupakan upaya perseroan untuk memanfaatkan sumber daya dan aset secara lebih optimal. “Selain itu, bisnis jasa tambang dapat menjadi sumber pendapatan yang stabil bagi perseroan,” ucap Rully.
Sebagai bagian dari rencana jangka panjang, jelas Rully, selama kurun tiga tahun ke depan PPRE akan lebih fokus pada pekerjaan jasa pertambangan, terutama jasa pertambangan nikel.
Sementara itu, menurut Direktur PPRE, Mhd Wira Zukhrial, karakteristik alat berat yang dibutuhkan untuk pekerjaan jasa pertambangan nikel sebagian besar telah dimiliki oleh perseroan. “Sehingga, tanpa menambah aset baru dalam jumlah besar, dan dengan mengoptimalkan aset eksisting, kami dapat meningkatkan perolehan pendapatan,” ujar Wira.
Dia menambahkan, pada kondisi pandemi Covid-19 yang belum mereda dan adanya kekhawatiran di sektor konstruksi, PPRE optimistis mencapai sejumlah target di 2021. “Optimisme kami didasarkan pada perolehan kontrak baru hingga Mei 2021 yang sebesar Rp 2,2 triliun. Sebesar 91 persen berasal dari sektor swasta non- APBN , yang sebesar 30 persennya dari lini bisnis jasa tambang,” ungkapnya.
Dari dua jasa pertambangan yang saat ini sedang berjalan, lanjut Rullly, lini jasa pertambangan dapat memberikan kontribusi sebesar 20 persen terhadap target pendapatan PPRE di 2021. “Sehingga, mampu mendorong perseroan untuk tetap survive dan tumbuh berkelanjutan. Terlebih lagi bila pendapatan yang stabil dari jasa tambang tersebut dapat ditingkatkan 30-45 persen pada tahun-tahun mendatang,” tutur Rully.