Marketnews.id Bisnis jasa layanan internet termasuk sektor bisnis yang meraih keberuntungan di masa pendemi Covid-19. PT Link Net Tbk, salah satu emiten penyedia jasa internet mengalami peningkatan laba sepanjang tahun 2020 lalu. Bagaimanakah kinerja emiten ini ditahun 2021 dimana persaingan jasa layanan internet ini semakin ketat.
Sepanjang 2020, PT Link Net Tbk (LINK) mencatatkan kenaikan laba bersih menjadi Rp941,71 miliar dari Rp894,5 miliar di 2019. Tetapi, hingga akhir tahun lalu total liabilitas perseroan melambung 59,13 persen (year-on-year) menjadi Rp3,18 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan LINK yang dipublikasi di Jakarta, Jumat (7/5), jumlah pendapatan di sepanjang 2020 mencapai Rp4,05 triliun atau mengalami kenaikan dibanding perolehan di 2019 yang senilai Rp3,76 triliun.
Namun seiring dengan peningkatan pendapatan, pada tahun lalu beban pokok pendapatan LINK tercatat meningkat menjadi Rp868,74 miliar dari Rp747,7 miliar di 2019. Sehingga, laba bruto di 2020 menjadi Rp3,18 triliun atau lebih besar dibanding pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,01 triliun.
Sementara itu, laba usaha LINK di 2020 tercatat Rp1,37 triliun atau lebih tinggi dibanding setahun sebelumnya yang sebesar Rp1,29 triliun.
Pada tahun lalu, perseroan mencatatkan penurunan penghasilan keuangan menjadi Rp15,05 miliar dari Rp19 miliar. Sedangkan, beban keuangan di 2020 tercatat melonjak menjadi Rp142,17 miliar dari posisi di 2019 yang senilai Rp73,78 miliar.
Maka, laba sebelum pajak yang dicatatkan LINK untuk Tahun Buku 2020 sebesar Rp1,25 triliun atau sedikit lebih besar dibanding 2019 yang senilai Rp1,24 triliun. Dengan adanya jumlah beban pajak penghasilan di 2020 senilai Rp304,92 miliar, sehingga laba tahun berjalan di 2020 menjadi Rp941,71 miliar.
Per 31 Desember 2020, total liabilitas LINK tercatat melambung menjadi Rp3,18 triliun dari posisi per 31 Desember 2019 yang sebesar Rp2 triliun. Sedangkan, total ekuitas per akhir Desember 2020 mengalami penurunan menjadi Rp4,62 triliun dari Rp4,65 triliun pada akhir Desember 2019.
Menurut Corporate Secretary LINK, Johannes dalam surat perseroan yang dikirim ke Bursa Efek Indonesia (BEI) tertanggal 7 Mei 2021, peningkatan total kewajiban hingga 59,13 persen menjadi Rp3,18 triliun tersebut dikarenakan adanya fasilitas kredit yang dicairkan dari PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) sebesar Rp750 miliar.
Selain itu, pencairan fasilitas kredit dari Citibank NA Indonesia yang juga sebesar Rp750 miliar. “Fasilitas digunakan untuk keperluan belanja modal dan pembiayaan kegiatan usaha perseroan secara umum,” kata Johannes.