Marketnews.id Usaha Pemerintah untuk menekan penyebaran pendemi Covid-19 telah dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari usaha kesehatan menerapkan pola hidup baru normal dengan selalu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Selain itu Pemerintah juga sudah melakukan vaksinasi buat masyakarat prioritas termasuk melarang aktifitas yang bersifat massal atau kerumunan termasuk melarang ritual.”Mudik Lebaran”.
Buat aktifitas “Mudik” ini akan berdampak langsung buat sektor usaha transportasi termasuk di dalamnya penyelenggara jalan Tol, pariwisata dan turunannya. PT Jasa Marga (Persero) Tbk termasuk sektor usaha yang terdampak dari pelarangan.”Mudik Lebaran” dimana akan berkurangnya pendapatan dari tol luar kota. Sementara buat pendapatan tol dalam kota akan mengkompensasi penurunan pendapatan tol luar kota.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) menyatakan kebijakan larangan mudik tahun ini diperkirakan berpengaruh pada pendapatan perusahaan. Pasalnya, dengan larangan itu dipastikan trafik harian di ruas-ruas tol jalur favorit untuk jalur mudik akan turun drastis.
Direktur Keuangan JSMR, Donny Arsal, menjelaskan meski berpengaruh, namun diyakini larangan mudik hanya berefek kecil terhadap pendapatan perseroan. Sebab pada saat bersamaan, trafik di tol Jabotabek akan tetap tinggi karena masyarakat tidak melakukan mudik. Hal ini diharapkan bisa mengkompensasi penurunan trafik yang terjadi di jalur favorit.
“Memang ada penurunan, tetapi mestinya tidak signifikan karena larangan mudik hanya 14 hari kalau di- compare dengan 360 hari persentasenya sangat kecil. Biasanya mudik ramai, Jabodetabek sepi, ini karena ada larangan mudik mestinya Jabodetabek ramai juga,” ujar Donny dalam bincang-bincang virtual, Senin (26/4).
Seperti diketahui pada 2020, meski di tengah pandemi, JSMR tetap mencatatkan kinerja positif dengan perolehan laba bersih sebesar Rp501,05 miliar (audited). Selama pandemi akibat work from home (WFH) terjadi penurunan pendapatan tol menjadi Rp8,76 triliun.
“Dari sisi pendapatan, seharusnya tidak signifikan turunnya, sebab orang di Jabodetabek kan tetap mobile. Memang sebelum pandemi pendapatan harian kita rata-rata Rp36 miliar, sekarang lebih kurang turun 10 persen jadi sekitar Rp30 miliar per hari,” kata dia.