Marketnews.id Tahun 2020 lalu buat perbankan menjadi tahun yang penuh tantangan. Pendemi Covid-19 telah membuat dunia usaha terpapar dan berdampak kinerja perbankan. Hampir seluruh perbankan mengalami penurunan kinerja usaha berupa berkurangnya laba yang berhasil dihimpun. PT Maybank Indonesia Tbk salah satu bank swasta yang mengalami penurunan laba bersih hingga 38,46 persen. Bagaimanakah bank ini mensiasati penurunan laba bersih.
Laba bersih PTMaybank Indonesia Tbk (BNII), di tahun buku 2020 turun menjadi Rp1,3 triliun dibanding periode tahun sebelumnya sebesar Rp1,8 triliun. Laba bersih tersebut tercatat turun 38,46 persen.
Tommy Hersyaputera Head, Corporate & Brand Communications BNII menjelaskan meski laba turun namun perseroan menorehkan beberapa capaian positif. Di antaranya transaksi digital banking segmen ritel dan korporasi mencatat pertumbuhan. Total transaksi tersebut melonjak 110 persen menjadi 10 juta transaksi. Total DPK yang dihimpun via transaksi ini naik 190,2 persen menjadi Rp3,4 triliun.
“Sementara total volume transaksi melalui digital banking nasabah korporasi naik sebesar 36,2 persen menjadi 970.000 transaksi dan penghimpunan dana melalui platform ini melonjak 78,8 persen menjadi Rp14 triliun,” kata Tommy dalam keterangannya, Jumat (19/2).
Cost of fund dan pengelolaan overhead cost diklaim efektif. Tercatat overhead cost turun 10,7 persen menjadi Rp5,7 triliun sebagai dampak dari pengelolaan anggaran biaya yang dilakukan secara berkelanjutan di seluruh unit usaha. Hal ini seiring dengan pengurangan biaya umum dan administrasi sehubungan pelaksanaan work from home selama pandemi.
Fee based income turun sebesar 8 persen menjadi Rp2,4 triliun di Desember 2020 dari sebelumnya Rp2,6 triliun.
Kemudian pendapatan bunga bersih (net interest income) BNII turun 11,1 persen menjadi Rp7,3 triliun karena penurunan saldo kredit.
Bank mengambil langkah untuk menjaga pertumbuhan kredit secara selektif akibat pandemi. Margin bunga bersih (net interest margin) turun 51 basis poin menjadi 4,6 persen pada akhir Desember 2020 akibat penurunan imbal hasil dari pemberian kredit (loan yields).
Simpanan nasabah, termasuk melalui platform digital banking, pada tahun 2020 tumbuh sebesar 4 persen menjadi Rp115 triliun dari Rp110,6 triliun. Total dana CASA terdongkrak 13 persen menjadi Rp45,8 triliun per Desember 2020 dibandingkan dengan Rp40,5 triliun pada Desember 2019.
Selanjutnya, beban provisi kredit meningkat sebesar 16,5 persen menjadi Rp2,1 triliun pada Desember 2020 disebabkan oleh penerapan standar akuntansi baru PSAK 71. Selain itu, BNII juga mengambil langkah konservatif untuk mengalokasikan provisi di hampir seluruh portofolio bisnis sebagai respons terhadap pandemi Covid-19.
Rasio Kredit terhadap Simpanan/ Loan-to-Deposit (LDR-Bank saja) berada pada tingkat yang sehat sebesar 79,2 persen. Sementara Rasio Cakupan Likuiditas/ Liquidity Coverage Ratio (LCR-Bank saja) berada di level 214,1 persen per Desember 2020, atau jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 100 persen.
“Bank senantiasa aktif menjaga kualitas aset dan liabilitas untuk memastikan agar Bank dapat menjalankan operasional yang didukung oleh ketersediaan funding dan cost yang optimal di setiap saat,” ujar Tommy.