Marketnews.id Tidak mudah menentukan kapan waktu yang tepat untuk melepas saham ke publik atau Intial Public Offering (IPO). Banyak faktor yang harus diperhatikan, mulai dari situasi pasar yang mencakup mikro ekonomi bursa hingga sentimen pasar termasuk didalamnya rekomendasi dari penjamin emisi. PT Krakatau Steel Tbk mempertimbangkan kondisi makro maupun mikro memutuskan untuk menunda rencana IPO salah satu anak usahanya.
Meskipun begitu, perseroan optimistik tahun depan akan meraih laba setelah sekian lama terus merugi. Obligasi Wajib Konversi yang sudah di sahkan jadi pendorong PT Krakatau Steel bangkit di tahun 2021 mendatang.
PT Krakatu Steel (Persero) Tbk (KRAS) dipastikan akan menunda IPO (Initial Public Offering) anak usaha. Manajemen KRAS mengatakan Pandemi Covid-19, membuat kinerja perusahaan mengalami persoalan yang cukup serius.
Direktur Utama KRAS, Silmy Karim, menyatakan bahwa saat ini pihaknya masih akan fokus untuk memulihkan perusahaan yang sempat terseok akibat Covid-19. Penundaan rencana IPO juga sebelumnya dilakukan perseroan lantaran timingnya dianggap belum sesuai. Kini saat Covid-19 menyerang, situasi dianggap semakin tidak kondusif jika memaksakan diri untuk tetap IPO.
“Kita lihat kondisi dulu, di tengah Covid-19 seperti saat ini bukan waktu yang tepat karena dampaknya tidak bisa diukur. Tetapi kita terus melakukan konsultasi dengan Kementerian BUMN mengenai waktu termasuk mana yang bisa di-IPO-kan,” kata Silmy Karim dalam public expose virtual, Selasa (29/12).
Bagi Silmy, IPO merupakan salah satu cara bagi KRAS untuk menghimpun dana publik untuk mendukung upaya perbaikan kinerjanya. Namun dalam upaya menghimpun dana investor itu masih ada cara lain yang bisa dilakukan seperti melakukan spin off ataupun dengan cara membentuk strategic partner.
Sementara itu, perseroan optimistis kinerjanya terus membaik di tahun 2021. Tahun depan, emiten baka pelat merah berkode saham KRAS tersebut membidik volume penjualan rata-rata sebesar 170.000 ton per bulan dengan perolehan laba bersih yang positif.
Target penjualan rata-rata ini lebih besar bila dibandingkan dengan angka rata-rata penjualan tahun ini maupun saat sebelum munculnya efek gulir pandemi Covid-19 pada tahun 2019 lalu.
Mengutip data internal terkini perusahaan, angka rata-rata volume penjualan KRAS pada tahun ini tercatat sebesar 143 ribu ton per bulan di kuartal pertama, 87 ribu ton per bulan di kuartal kedua, dan 151 ribu ton per bulan di kuartal ketiga. Sementara itu, angka rata-rata volume penjualan perusahaan selama tahun 2019 tercatat sebesar 127 ribu ton per bulan.
Optimisme ini tidak terlepas dari adanya tambahan modal dari program dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang didapat KRAS dari pemerintah.
“Dengan tambahan modal kerja sebanyak Rp 2,2 triliun di akhir tahun ini, mudah-mudahan rencana kerja kita di tahun 2021 bisa kita realisasi dengan baik dengan target penjualan kita di kisaran 170 kiloton per bulan,” kata Direktur Keuangan Krakatau Steel, Tardi dalam acara paparan publik yang disiarkan secara virtual pada Selasa (29/12).
Seperti diketahui, KRAS baru saja menandatangani Perjanjian Penerbitan Obligasi Wajib Konversi (OWK) dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) pada Senin (28/12) lalu.
Mengacu kepada perjanjian tersebut, KRAS bakal menerbitkan OWK senilai Rp 3 triliun dengan masa jatuh tempo atau tenor selama 7 tahun. OWK tersebut akan dikonversi dengan saham baru melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) alias private placement di tahun ketujuh.
Pada penerbitan OWK tersebut, pemerintah akan bertindak sebagai investor, sementara PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) akan bertindak sebagai Pelaksana Investasi. Aksi korporasi ini sudah mendapat restu pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 24 November 2020 lalu.
Dari total pagu penerbitan OWK senilai Rp 3 triliun, sebanyak Rp 2,2 triliun OWK di antaranya akan diterbitkan pada akhir tahun ini, sedangkan penerbitan OWK senilai Rp 800 miliar sisanya bakal direalisasikan pada tahun 2021 mendatang.
Dengan adanya tambahan modal ini, KRAS berharap bisa memiliki fleksibilitas lebih dalam membantu konsumen industri hilir dan industri pengguna melalui perpanjangan siklus pembayaran.