Home / Otoritas / Bursa Efek Indonesia / PT Barito Pacific Tbk Akan Ekspansi Usaha Listrik Tenaga Panas Bumi

Pekerja membersihkan kaca gedung Wisma Barito Pacific di Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis

PT Barito Pacific Tbk Akan Ekspansi Usaha Listrik Tenaga Panas Bumi

Marketnews.id Diversifikasi usaha itulah yang sedang dan akan dilakukan oleh PT Barito Pacific Tbk, emiten produsen bahan baku kimia yang kini akan ekspansi usaha ke bisnis tenaga listrik . Apa dasar perseroan masuk ke bisnis tenaga listrik panas bumi di saat energi dari panas bumi mulai ditinggalkan.

Barito Pacific Tbk (BRPT) menyiapkan ekspansi pembangkit listrik tenaga panas bumi ( PLTP ) Salak Binary dan PLTP Salak Unit 7 pada 2021. Dua proyek dengan total kapasitas 70 megawatt (MW) tersebut ditargetkan beroperasi secara komersial masing-masing pada 2022 dan 2023.


Menurut Presiden Direktur Barito Pacific Agus Salim Pangestu, pihaknya belum dapat mengungkap nilai investasinya, lantaran dua proyek PLTP yang akan digarap anak usaha perseroan, Star Energy Geothermal, masih dalam tahap preliminary study.

Sesuai rencana, Salak Binary akan berkapasitas 15 MW, sedangkan Unit Salak 7 sebesar 55 MW. Dua proyek ini akan berada di wilayah eksplorasi Gunung Salak, Jawa Barat.


“Nilai belanja modal (capital expenditure/capex) 2021 pun masih kami hitung. Angkanya belum final. Pada bisnis panas bumi Star Energy, biasanya capex untuk program reguler drilling,” kata Agus saat paparan publik virtual, Jumat (20/11).


Hingga saat ini, Star Energy telah memiliki PLTP berkapasitas hingga 875 MW di tiga aset operasi, yakni Wayang Windu, Salak, dan Darajat. Di luar Star Energy, Barito Pacific melalui perusahaan konsorsium PT Indo Raya Tenaga juga terus melanjutkan pembangunan PLTU Jawa 9 dan 10 berkapasitas 2×1.000 MW.


Sementara itu, kontribusi bisnis geotermal terhadap keuntungan perseroan tahun ini diperkirakan lebih besar dibandingkan keuntungan bisnis petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Sebab, margin petrokimia cenderung lebih rendah selama pandemi.


Agus mengakui, ketika mengakuisisi Star Energy pada 2018, pihaknya berharap kinerja perseroan akan lebih stabil. Di sisi lain, Chandra Asri menyiapkan rencana proyek besar seperti CAP II sambil berharap harga produk petrokimia membaik.


Direktur Keuangan Barito Pacific David Kosasih menambahkan, perseroan yang fokus pada pasar domestik sebenarnya tidak mengalami gangguan permintaan hingga September 2020. Namun, terdapat faktor koreksi harga yang dipicu pandemi. Pada kuartal III-2020, harga petrokomia mulai membaik seiring dengan bergeraknya kembali aktivitas industri global, terutama di Tiongkok.


“Aktivitas industri akan mendorong permintaan komoditas dan akhirnya mendorong harga lebih bagus, sehingga margin bisa naik cukup tinggi. Tren ini, kami perkirakan akan tetap berjalan pada kuartal IV,” jelas dia.



Selain itu, menurut David, perseroan selalu terbuka dengan pencarian dana eksternal dari obligasi rupiah, termasuk pada tahun depan. Penerbitan obligasi biasanya dimanfaatkan perseroan untuk strategi pengelola utang. Menjelang akhir tahun ini, perseroan bakal menyelesaikan program penawaran umum berkelanjutan (PUB) I.


“PUB memang direncanakan secara reguler. Nilai PUB baru belum ditentukan, kita akan terus monitor kondisi capital market ke depan,” jelas dia.

Sebagai informasi, saat ini Barito tengah menggelar penawaran obligasi berkelanjutan I tahap III senilai Rp 386,52 miliar. Dana hasil emisi akan digunakan untuk membayar sebagian utang dari pinjaman sebesar US$ 200 juta.


Perseroan menerbitkan obligasi dalam tiga seri, yakni Seri A senilai Rp 167,52 miliar dengan tingkat bunga 8,25% per tahun dan jangka waktu 370 hari. Kemudian, Seri B senilai Rp 56 miliar dengan tingkat bunga 9,25% per tahun dan jangka waktu tiga tahun. Sedangkan Seri C senilai Rp 163 miliar dengan tingkat bunga 10,25% per tahun dan tenor lima tahun.


PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) telah memberikan peringkat A terkait penerbitan obligasi tersebut. Barito Pacific menunjuk PT Indo Premier Sekuritas, PT Shinhan Sekuritas Indonesia, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) sebagai penjamin pelaksana emisi efek.


“Seluruh dana yang diperoleh akan digunakan untuk membayar sebagian utang berdasarkan facility agreement related to US$ 200 juta single currency term facility tanggal 19 Desember 2019. Sebagian kewajiban yang dibayarkan perseroan berupa pokok pinjaman,” jelas manajemen dalam prospektus, baru-baru ini.
Barito Pacific menjadwalkan masa penawaran umum obligasi pada 1-3 Desember 2020. Selanjutnya, periode penjatahan dan distribusi obligasi secara elektronik dijadwalkan masing-masing 4

dan 8 Desember 2020. Obligasi ini akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Desember 2020.

Check Also

Gubernur Pramono Dorong Transformasi Bank DKI

MarketNews.id- Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung menyatakan dukungan penuh terhadap langkah transformasi Bank DKI sebagai …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *