Marketnews.id Memasuki kuartal ketiga tahun ini, hampir semua bank mengalami penurunan laba lantaran harus menyisihkan dana untuk mempertebal bantalan atau dana cadangan demi kelanjutan bisnis ke depan.
Kinerja keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) hingga kuartal III 2020 positif. Perseroan berhasil meraih laba bersih sebesar Rp14,15 triliun. Meski begitu laba tersebut turun 42,9 persen bila dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai Rp24,8 triliun.
Direktur Utama BBRI, Sunarso, menjelaskan penurunan yang terjadi akibat adanya pandemi covid-19 yang menghantam hampir sebagian besar kegiatan ekonomi nasional. Banyak sektor usaha yang terkena dampaknya sehingga perlu mendapatkan stimulus seperti restrukturisasi kredit dan lainnya. Melihat situasi yang dipenuhi ketidakpastian ini maka BBRI meningkatkan dana pencadangannya untuk menghadapi situasi yang lebih buruk.
Dijelaskan bahwa pencapaian laba dengan jumlah tersebut dianggap suatu hal yang luar biasa di tengah tekanan ekonomi. Walaupun masih ada peluang untuk tetap ditingkatkan namun BBRI memutuskan untuk mempertebal bantalan atau dana pencadangan demi keberlanjutan bisnis ke depannya. Hal ini juga menjadi salah satu faktor mengapa pencapaian laba bersih perseroan menipis jika dibandingkan tahun lalu.
“Laba (bersih) hampir pasti kita tak akan setinggi lalu walau ini tetap bisa dikatakan positif. Ini adalah konsekuensi pilihan, kita kejar laba atau kejar selamat dulu jadi kami pilih kita cari selamat dulu yang artinya kita butuh cadangan atau dana bantalan yang lebih besar,” ujar Sunarso dalam konferensi pers virtual, Rabu (11/11).
Meski ada penurunan laba, dari sisi aset perusahaan justru 10,89 persen hingga kuartal III 2020 yang mencapai Rp1.447,85 triliun. Sementara untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) BBRI tercatat Rp1.131,92 triliun atau naik 18 persen year on year (yoy) dari Rp959,24 triliun. Hal ini berada di atas rata-rata industri perbankan yang hanya tumbuh di level 12,88 persen.
Sedangkan untuk rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BRI saat ini dinilai masih terpantau aman berada pada level 20,38 persen.
“Dana murah kita (CASA) masih mendominasi portofolio simpanan BRI yang mencapai 59,02 persen dari total DPK. Ini setara Rp668,10 triliun,” sambungnya.
Dari sisi kinerja kredit macet (non performing loan / NPL), Sunarso menegaskan bahwa hingga periode triwulan III 2020 besaran NPL yang dicatatkan perseroan sebesar 3,12 persen. Hal ini bisa dipertahankan lantaran gencarnya BBRI melakukan restrukturisasi kredit kepada para nasabahnya dan juga penyaluran kredit yang selektif. Total NPL coverage dari strategi yang dilakukannya mencapai 203,47 persen.
“Gencarnya restrukturisasi ini mampu tekan NPL menjadi 3,12 persen. NPL BRI tercatat di bawah NPL industri yang berada di level 3,15 persen. Kita akan manage agar NPL bisa di level 3 persen,” ujar Sunarso.
Terkait dengan target BBRI secara full year, Sunarso mengatakan optimis bahwa penyaluran kreditnya akan tembus antara 4 – 5 persen. Hal itu ditopang oleh ketersediaan likuiditas yang sangat melimpah. Sementara untuk Loan Deposit Ratio (LDR) dipatok di level 85 persen.
Sementara untuk Nett interest Margin (NIM) diharapkan bisa tumbuh 5,7 persen sedangkan fee base income ditargetkan tumbuh 8 persen.
“Loan growth ditargetkan 4-5 persen, sekarang kita udah tumbuh 4 persen lebih. Maka kemudian dengan melimpahnya likuiditas yang dulu sangat kita khawatirkan justru sekarang tantangannya kita harus genjot kredit” pungkas Sunarso.