Home / Otoritas / Bursa Efek Indonesia / Mampukah Indeks Saham Menguat Pekan Besok?

Mampukah Indeks Saham Menguat Pekan Besok?

Marketnews.id Banyaknya sentimen positif, membuat beberapa pelaku bursa optimistik bila Sepekan ke depan indeks saham akan meneruskan penguatannya pekan lalu. Sentimen positif apakah yang akan membuat bursa akan bergairah pekan besok.

Sejumlah sentimen positif, seperti progres proses vaksin virus korona bakal mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan pekan depan. IHSG diperkirakan menguat terbatas.


Demikian pandangan Direktur Anugerah Mega Investasma, Hans Kwee, dalam keterangan resmi yang dirilis di Jakarta, Minggu (18/10).


Dia mengatakan, hadirnya beberapa sentimen mulai dari vaksin dan perkiraan kinerja emiten yang lebih baik di kuartal III-2020 membuat Indeks diperkirakan menguat terbatas pada periode 19-23 Oktober 2020.


“Support Indeks berada di level 5.067 sampai 5.001 dan resistane di kisaran 5.182-5.200. Cenderung SoS ( sell on strength ) jika Indeks menguat untuk bisa BoW ( buy on weakness ) kembali ketika Indeks terkoreksi,” kata Hans.


Beberapa sentimen yang mungkin mempengaruhi penguatan Indeks pada pekan ketiga bulan ini adalah pelaku pasar akan memperhatikan perizinan vaksin Covid-19.


Manajemen Pfizer Inc akan mengajukan izin vaksin Covid-19 ke otoritas Kesehatan Amerika Serikat pada awal November. Vaksin Pfizer merupakan hasil pengembangan bersama mitranya dari Jerman, BioNTech.

Perkembangan perizinan vaksin tersebut menjadi sentimen positif bagi bursa Eropa dan Amerika di tengah naiknya kasus Covid-19.
“Saat ini pasar sudah memasukkan optimisme vaksin akan segera ditemukan dan segera distribusikan,” ujar Hans.


Kedua, tutur dia, harapan stimulus fiskal Amerika Serikat menjadi perhatian pelaku pasar beberapa pekan ke depan. Menteri Keuangan AS, Steve Mnuchin, berbicara kepada Ketua DPR Nancy Pelosi bahwa Presiden Donald Trump akan “mempertimbangkan” untuk menaikkan jumlah bantuan paket stimulus fiskal USD1,8 triliun yang diusulkan sebelumnya.


Sebelumnya, Trump sempat meminta Kongres untuk mengesahkan RUU bantuan virus Covid-19 dengan dikurangi dana sisa dari program kredit UKM yang kedaluarsa.
“Ada harapan terjadi kesepakatan paket stimulus fiskal untuk mendorong ekonomi AS keluar dari resesi,” ungkap Hans.


Ketiga, kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, diperkirakan menang pilpres 3 November. Beberapa jajak pendapat menempatkan Biden di atas Trump.


Kemenangan ini akan mendorong paket stimulus ekonomi yang lebih besar dan mengurangi potensi perang dagang dengan China. Selain itu pajak perusahaan di AS juga diperkirakan naik. Hal ini mendorong dolar AS lebih lemah dan akan positif bagi pasar  emerging market  termasuk Indonesia.


Keempat, pasar saham dunia memasuki periode laporan keuangan kuartal III-2020. Amerika Serikat mempimpin rilis kinerja emiten kuartal ketiga dari awal minggu ini. Menurut data Refinitiv, 49 perusahaan di S&P 500 yang melaporkan ada 86% melampaui ekspektasi analis. Pelonggaran  lockdown  yang terjadi mendorong banyak emiten membukukan kinerja positif.


“Di Indonesia diperkirakan kinerja emiten akan tumbuh positif di kuartal III-2020 akibat banyaknya upaya dari otoritas pasar modal dan pemerintah. Diperkirakan kinerja emiten akan lebih baik daripada kuartal II-2020 dan juga akan lebih baik dari kuartal pertama,” tutur Hans.


Terakhir, komentar Bank Dunia tentang Omnibus Law UU Cipta Kerja sangat positif. Bank Dunia menilai UU sapu jagat ini merupakan upaya konkret Pemerintah Indonesia melakukan reformasi besar-besaran di sektor bisnis. Aturan ini akan menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera.


Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis. UU ini dinilai dapat membantu menarik investor lebih banyak berinvestasi di Indonesia, mampu menciptakan lapangan kerja dan membantu Indonesia mengatasi masalah kemiskinan.


“Pelaku pasar keuangan sangat positif dengan UU ini sehingga penolakan keras akan menjadi sentimen negatif bagi pasar,” kata Hans.

Check Also

Nusantara Infrastructure (META) Raih Laba Bersih Rp 331 Miliar, Naik 240 Persen Di 2024

MarketNews.id–  Nusantara Infrastructure (META), mengalami penyusutan pendapatan konsolidasi turun sedalam  68 persen secara tahunan menjadi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *