Marketnews.id Meningkatnya jumlah investor ritel domestik, bisa dibilang penyelamatan pasar modal Indonesia di tengah pendemi Covid-19. Betapa tidak, di saat hampir seluruh pasar modal dunia terpuruk akibat pendemi. Pasar modal Indonesia justru termasuk pasar yang paling cepat bangkit dibanding bursa lainnya.
Penyebabnya tidak lain adalah masuknya pemodal baru, dimana jumlah investor mencapai 3,25 juta singel Investor identification (SID) atau meningkat 30 persen. Investor ritel ini mampu mengerek indeks saham yang terpuruk di bulan Maret lalu pada posisi 3,900, kini telah meningkat jadi sekitar 5.000 an.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan, rata-rata nilai transaksi harian ( RNTH ) pada tahun depan mencapai Rp8,5 triliun atau lebih besar dari target tahun ini yang sebesar Rp7,75 triliun per hari.
Pernyataan itu disampaikan Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi usai pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa ( RUPS -LB) BEI di Jakarta, Selasa (27/10). “Target RNTH tahun ini Rp7,75 triliun, saat ini nilai transaksinya sudah mencapai Rp7,9 triliun per hari,” ucap Inarno.
Dia menyebutkan, BEI optimistis target rata-rata nilai transaksi harian tersebut bisa tercapai, lantaran kondisi perekonomian domestik dan bursa saham berada dalam tren membaik. Inarno menambahkan, target sebesar Rp8,5 triliun tersebut memiliki total hari bursa di sepanjang 2021 sebanyak 421 hari.
Pada kesempatan yang sama, Direktur BEI, Hasan Fawzi mengatakan bahwa target nilai transaksi harian tersebut mempertimbangkan dua faktor utama yang diperkirakan bakal melanjutkan tren perbaikan, yakni pertumbuhan ekonomi dan jumlah investor ritel domestik.
Berdasarkan kajian BEI, kata Hasan, pertumbuhan ekonomi Indonesia berangsur-angsur semakin membaik, bahkan akan jauh lebih baik di 2021. “Faktor lainnya adalah pertumbuhan jumlah investor ritel domestik. Kami meyakini tren pertumbuhannya akan terus berlanjut,” tegas Hasan.
Sebelumnya pada acara Capital Market Summit & Expo 2020 di Jakarta (20/10), Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen menyebutkan bahwa jumlah investor per 25 September 2020 sebanyak 3,23 juta single investor identification (SID) atau meningkat 30 persen (y-o-y).
Sementara itu, kata Direktur BEI, Laksono W Widodo, jumlah kepemilikan investor ritel di bursa saham domestik meningkat mencapai 12,3 persen, padahal di akhir 2019 hanya sebesar 10,6 persen dan pada 2015 sebesar 6,5 persen.
Sedangkan kepemilikan investor institusi domestik per September 2020 sebesar 39,6 persen, sedangkan investor institusi asing sebesar 48,1 persen atau menurun dibanding periode yang sama di 2019 sebesar 51,7 persen.
Lebih lanjut Inarno menyampaikan bahwa pada RUPS -LB BEI hari ini pihaknya akan lebih menekankan pada upaya pendalaman pasar modal dan membangun kepercayaan pasar dalam hal keandalan dan kredibilitas, serta fokus pada inovasi untuk meluncurkan produk, layanan maupun instrumen baru.
Menurut Inarno, upaya tersebut sejalan dengan tema pengembangan yang ditetapkan untuk tahun ini hingga 2021, yakni “Melakukan Pendalaman Pasar Modal, Meningkatkan Efisiensi dan Transparansi”.
Selain disusun berdasarkan Master Plan BEI 2021-2025, serangkaian inisiatif yang BEI turut mempertimbangkan beberapa asumsi makroekonomi yang tertuang di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan ( RKAT ) 2021 dan telah disetujui oleh para pemegang saham melalui RUPS -LB.
Saat ini, BEI telah melakukan finalisasi Master Plan 2021-2025 yang disusun sejak akhir 2019 berdasarkan hasil diskusi dengan para stakeholders dan menetapkan visi dan misi yang dibuat untuk mencapai aspirasi BEI. Visi dan misi BEI tersebut adalah “Menjadi Bursa Kredibel yang Menggerakkan Pendalaman Keuangan dan Memberdayakan Indonesia menjadi Ekonomi Terbesar ke-5 pada Tahun 2045”.