Marketnews.is Lazimnya, perusahaan publik atau obligor akan membayar obligasi yang sudah jatuh tempo dengan menerbitkan kembali obligasi baru. Tapi, beda dengan PT Timah Tbk, pada 28 September mendatang akan melunasi utang obligasi berikut bunganya dengan kas yang dimilikinya.
Kondisi keuangan PT Timah Tbk (TINS), di tengah pandemi Covid-19 cukup sehat. Perseroan menyatakan siap membayar pokok dan bunga obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat hingga mencapai Rp600 miliar menggunakan dana internal.
Hal itu dibenarkan Sekretaris Perusahaan TINS, Muhammad Zulkarnaen yang menyebut perseroan telah menyiapkan dana untuk melunasi pokok Obligasi Berkelanjutan I Timah Tahap I tahun 2017 seri A dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Timah Tahap I Tahun 2017 seri A yang akan jatuh tempo pada 28 September 2020.
“Dana sudah siap ada di rekening bank perseroan dan sumber pendanaannya semua dari internal perseroan tanpa pinjaman dari pihak manapun,” jelas Zulkarnaen seperti dikutip Bisnis , Kamis (24/9).
Adapun, Obligasi Berkelanjutan I TINS Tahap I tahun 2017 seri A memiliki nilai pokok obligasi senilai Rp480 miliar dengan bunga gross sebesar Rp10,2 miliar. Sementara itu, Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Timah Tahap I Tahun 2017 seri A memiliki nilai pokok Rp120 miliar dengan bunga gross Rp2,55 miliar.
Dengan demikian, total nilai pokok obligasi yang akan dibayarkan TINS sebesar Rp600 miliar dengan total bunga gross sebesar Rp12,75 miliar. Pembayaran obligasi dan sukuk itu kepada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia ( KSEI ) dilakukan paling lambat pada 25 September 2020 hari ini.
Zulkarnaen pun menegaskan dengan pembayaran pokok dan bunga surat utang itu tidak akan mengganggu arus kas perseroan di tengah banyaknya ketidakpastian akibat pandemi Covid-19. Sebab, arus kas masih positif dan akan terus terjaga tetap baik hingga akhir tahun ini.
Adapun, TINS mencatatkan kenaikan arus kas operasi pada semester I/2020 menjadi Rp3,17 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu minus Rp3,33 triliun. Membaiknya cash flow operasi merupakan indikator sehatnya finansial emiten, sehingga TINS mampu membayar sebagian kewajiban jangka pendeknya.
Manajemen TINS sebelumnya bilang bahwa perseroan akan terus berupaya mengurangi liabilitas dalam rangka mitigasi pandemi Covid-19 untuk menjaga arus kas selama tahun pandemi. Posisi utang bank jangka pendek perseroan pada akhir Juni 2020 sudah mampu turun 37 persen menjadi Rp5,56 triliun dibandingkan dengan Rp8,79 triliun pada akhir 2019.
Seperti diketahui, kinerja TINS di semester I-2020 membukukan rugi bersih sebesar Rp 390,07 miliar. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, rugi bersih yang diderita TINS di tahun ini berbanding terbalik dengan capaian perusahaan di periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada semester I-2019 silam, TINS sukses meraup laba bersih hingga Rp 205,29 miliar.
Kinerja kurang mumpuni TINS juga terlihat dari pendapatannya yang turun 18,48% secara tahunan (yoy) di semester I-2020 lalu. Kala itu, pendapatan dari produsen timah terbesar di Indonesia ini hanya Rp 7,97 triliun di akhir Juni 2020, dari sebelumnya Rp 9,78 triliun.
Jika dirinci, 95% atau Rp 7,6 triliun dari pendapatan TINS merupakan hasil penjualan ke pasar ekspor. Sementara sisanya yakni Rp 340,96 miliar merupakan penjualan ke pasar dalam negeri.
Berdasarkan jenis penjualan maka pendapatan TINS didominasi oleh hasil penjualan timah yakni senilai Rp 7,53 triliun atau setara 94% dari total pendapatan perusahaan. Disusul penjualan tin chemical dengan nilai pendapatan Rp 194,82 miliar, dan pendapatan dari bisnis rumah sakit senilai Rp 112,69 miliar.
TINS juga membukukan pendapatan dari penjualan tin solder senilai Rp 52,83 miliar, penjualan nikel senilai Rp 37,73 miliar, dan pendapatan dari jasa galangan kapal senilai Rp 10,36 miliar. Di sisi lain, beban pokok pendapatan TINS pun turun 13,46% menjadi Rp 7,73 triliun di enam bulan pertama 2020. Beban lainnya yang terpantau turun adalah beban umum dan administrasi yang turun menjadi Rp 384,76 miliar dari sebelumnya Rp 481,31 miliar di semester I-2019.