Home / Corporate Action / BPS : Deflasi 0,10 Persen Di Juli 2020. Permintaan Menurun

BPS : Deflasi 0,10 Persen Di Juli 2020. Permintaan Menurun

Marketnews.id Sepanjang bulan Juli 2020, permintaan akan makanan, minuman dan tembakau mengalami penurunan berdampak terjadi nya deflasi sebesar 0,10 persen. Akankah keadaan ini akan terus berlangsung. Mengingat pendemi Covid-19 hingga saat ini belum menampakan tren penurunan.


Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada Juli 2020 terjadi deflasi sebesar 0,10 persen month to month (mtom). Angka deflasi ini adalah yang pertama kali di tahun 2020.


Sedangkan inflasi secara year to date (ytd atau dari Januari – Juli 2020) sebesar 0,98 persen. Kemudian untuk inflasi tahunan (year on year / yoy) sebesar 1,54 persen.


Menurut Kepala BPS, Suhariyanto, pemicu terjadinya deflasi adalah turunnya berbagai permintaan khususnya dari kelompok bahan makanan, minuman dan tembakau. Kelompok ini menyumbang terhadap terjadinya deflasi sebesar 0,19 persen dengan tingkat deflasi mencapai 0,73 persen.

Selain itu terjadi juga penurunan harga atau tarif angkutan transportasi. Kelompok tersebut menyumbang terjadi deflasi sebesar 0,02 persen dengan tingkat deflasi pada Juli 2020 kemarin sebesar 0,17 persen.


“Komoditas yang menyebabkan deflasi di antaranya adalah karena penurunan harga bawang merah, daging ayam ras, bawang putih, beras, cabai dan gula pasir. Masing – masing komoditas ini memberikan andil terhadap deflasi bervareasi, seperti bawang putih andilnya 0,11 persen, daging ayam 0,04 persen dan seterusnya” ujar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Senin (3/8).


Lebih jauh Suhariyanto menjelaskan, bahwa angka deflasi pada Juli 2020 ini sangat jauh sekali di bawah posisi periode yang sama tahun 2019 dimana saat itu terjadi inflasi sebesar 0,31 persen. Hal itu terjadi juga akibat adanya pandemi covid-19 sehingga sisi demand dan suplai berbagai macam kebutuhan masyarakat mengalami kendala dan pelemahan akibatnya tingkat pendapatan masyarakat juga mengalami penurunan.


“Jika pada periode normal ramadhan dan lebaran selalu jadi puncak tertingginya inflasi karena permintaan meningkat dan pendapatan masyarakat juga meningkat, tapi tahun ini nggak terjadi karena situasi tidak normal,” ulas dia.


Dikatakannya, dari 90 kota Indek Harga Komsumen (IHK) yang dipantau BPS terdapat 61 kota yang mengalami deflasi dan 29 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar -1,90 persen dan terendah terjadi di Gunungsitoli, Bogor, Bekasi, Luwuk, Bulukumba masing-masing sebesar -0,01 persen.

Sementara inflasi tertinggi terjadi Timika sebesar 1,45 persen dan inflasi terendah terjadi di Banyuwangi dan Jember masing-masing sebesar 0,01 persen.

Check Also

Road to CMSE 2025 : Sinergi Dan Kolaborasi Dukung Pertumbuhan Pasar Modal Indonesia

MarketNews.id- PT Bursa Efek Indonesia (BEI), melakukan rangkaian kegiatan literasi dan inklusi pasar modal di …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *