Marketnews.id Sudah dapat dipastikan pendapat pemerintah baik dari pajak maupun non pajak mengalami penurunan antara 8 persen hingga 12 persen. Disisi lain, laju inflasi juga cenderung menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya akibat daya beli masyarakat yang belum pulih.
Pandemi wabah Covid-19, telah menohok kinerja pendapatan negara di Semester I 2020. Realisasi pendapatan negara turun 9,8% dibanding Semester I 2019, menjadi Rp811,2 triliun.
“Pelemahan perekonomian domestik telah membuat kinerja APBN mengalami tekanan dari sisi pendapatan negara,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (20/7). Pandemi virus korona menjadi sumber utama tekanan pendapatan negara dalam Semester I APBN 2020.
Sri Mulyani menjelaskan, pendapatan negara pada Semester I 2020 sebesar Rp 811,2 triliun, turun 9,8% dibanding Semester I 2019 yang mencapai Rp 899,6 triliun. Realisasi penerimaan perpajakan Semester I 2020 mencapai Rp624,9 triliun, atau turun 9,4% dibanding Semester I 2019 yang mencapai Rp 689,9 triliun.
Dari jumlah tersebut, “Hanya pendapatan dari bea cukai yang masih tumbuh,” ujar Sri Mulyani.
Realisasi penerimaan pajak pada Semester I 2020 mencapai Rp531,7 triliun, turun 12,0% dibanding Semester I 2019 yang mencapai Rp 604,3 triliun. Realisasi penerimaan bea cukai pada Semester I 2020 mencapai Rp 93,2 triliun, tumbuh 8,8% dibanding Semester I 2019 yang mencapai Rp 85,6 triliun.
Pada saat yang sama, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak ( PNBP ) pada Semester I 2020 mencapai Rp 184,5 triliun. Jumlah tersebut turun 11,8% dibanding Semester I 2019 yang mencapai Rp 209,1 triliun. Terakhir, realisasi penerimaan hibah pada Semester I 2020 mencapai Rp 1,7 triliun. Jumlah ini tumbuh 231,4% dibanding Semester I 2019 yang mencapai Rp 0,5 triliun.
Sementara itu laju inflasi di Semester I 2020 dalam tren penurunan. Masih lemahnya permintaan seiring kebijakan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB ) demi menekan dampak wabah virus korona, menjadi penyebab utama.
Menurut Sri Mulyani Indrawati, inflasi pada Juni 2020 mencapai 1,96% secara yoy dan 1,09% secara ytd. “Ini lebih rendah dari pola historis dalam tiga tahun terakhir, yang rata-rata sebesar 2,11%,” kata Sri Mulyani.
Lebih jauh Ia menegaskan, laju inflasi komponen inti pada Semester I 2020 dalam tren penurunan dipengaruhi oleh lemahnya permintaan di tengah pandemi wabah Covid-19. Pada kuartal I 2020, komponen bahan pangan yang harganya fluktuatif ( volatile food ) tertekan akibat kurangnya pasokan komoditas pangan.
“Pada kuartal II 2020, inflasi pangan menurun sejalan dengan terjaganya pasokan pangan akibat di tengah penurunan permintaan,” ujar Sri Mulyani.
Pada saat yang sama, komponen harga barang yang diatur pemerintah ( administered price ) pada Semester I 2020 lebih rendah dibanding Semester I 2019, terutama tarif angkutan.
Secara kumulatif, pada Semester I 2020 inflasi nasional mencapai 2,57%. Tingkat inflasi tersebut lebih rendah dibanding Semester I 2019 yang mencapai 2,88%. Tingkat inflasi Semester I 2019 juga menurun dibanding Semester I 2018 yang mencapai 3,27%, pungkasnya.