Marketnews.id Produksi batubara melimpah, permintaan berkurang. Sementara pasar ekspor juga melemah karena terpapar Covid-19 lantaran ada karantina wilayah atau lockdown dibeberapa negara tujuan ekspor. Para pelaku bisnis batubara sudah pasang “kuda-kuda” agar dampak melemahnya permintaan dan turunnya harga dapat di siasati dengan seksama. Beberapa emiten tambang pun sudah mempublikasikan kinerjanya dan mengalami penurunan bahkan ada pula yang merugi.
Kalangan pengusaha batu bara memperkirakan ekspor batu bara akan mengalami koreksi di kuartal II/2020.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, kondisi pandemi virus corona (Covid-19) yang belum berakhir akan membuat ekspor batu bara akan terkoreksi di kuartal-II.
Hal ini akan membuat harga batu bara turun cukup tajam karena semua indeks pembentuk HBA semuanya trennya menurun. “Harga batu bara akan semakin menurun tajam di kuartal II/2020,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6/5/2020).
Dia menuturkan penurunan demand diperkirakan masih berlanjut pada Mei dan Juni karena kondisi pasar sedang oversupply dimana China pasokan domestik mereka sudah lancar, sementara stockpile masih cukup banyak sehingga mengurangi minat mereka untuk impor.
“Sementara India masih dalam situasi lockdown dan impor juga terkoreksi sedangkan pemerintah India mengoptimalkan pasokan batu bara domestik mereka guna mengurangi impor,” ucapnya.
Kondisi saat ini memang sulit untuk pengusaha. Bagi perusahaan yang sudah berkontrak tentu berusaha memenuhi pasokan sesuai dengan kontrak dengan tetap menerapkan protokol kerja pencegahan penyebaran virus corona yang ketat agar supply tidak terganggu.
“Dalam situasi seperti ini, perusahaan berusaha keras untuk menjaga arus kas [cashflow] dan melakukan efisiensi ketat termasuk menunda/ekspansi proyek-proyek ke depan,” tutur Hendra.
Adapun Harga Batubara Acuan (HBA) kembali merosot di bulan Mei 2020 ke angka US$61,11 per ton. HBA Januari mencatatkan angka di US$65,93 per ton, turun dari US$66,30 per ton di Desember 2019. Kemudian naik di Februari US$66,89 per ton dan Maret sebesar US$67,08 per ton. Lalu HBA kembali mengalami penurunan di April yang mencapai US$65,77 per ton.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi produksi batu bara hingga 6 Mei mencapai 193,82 juta ton atau sebesar 35,24 persen dari rencana produksi 550 juta ton. Lalu, realisasi ekspor hingga 6 Mei mencapai 100,05 juta ton atau sebesar 25,33 persen dari rencana yang sebesar 395 juta ton.