Home / Corporate Action / Covid-19 Peristiwa Paling Mahal Dalam Sejarah Asuransi

Covid-19 Peristiwa Paling Mahal Dalam Sejarah Asuransi

Marketnews.id Tidak dapat dipungkiri, pendemi covid-19 sudah meluluh lantahkan tataran dunia bisnis. Dalam sejarah wabah penyakit, belum ada penyebaran semasif pendemi covid-19 yang menjangkiti seluruh belahan dunia. Bisnis asuransi, adalah salah satu bisnis yang bakal menanggung risiko besar yang belum pernah dialami sepanjang sejarah.

John Neal, bos perusahaan asuransi terkemuka, Lloyd, London, mengkhawatirkan bahwa pandemi Covid-19 kemungkinan akan menjadi peristiwa paling mahal dalam sejarah industri asuransi, mengerdilkan bencana besar lainnya seperti Badai Katrina pada 2005, dan serangan teror 9/11.


Perusahaan asuransi harus bersiap-siap membayar klaim yang merupakan dampak berbagai kebijakan, mulai dari pembatalan acara hingga tanggung jawab manajemen, meskipun masih ada perselisihan tentang sejauh mana perusahaan asuransi harus mengompensasi gangguan usaha.


Neal mengatakan bahwa pandemi Covid-19, “tidak diragukan lagi merupakan tantangan terbesar yang pernah dihadapi industri asuransi, dari sudat pandang apapun,” ujarnya seperti dikutip Financial Times, Jumat (24/4).


“Anda menghadapi puluhan miliar, jika tidak ratusan miliar dolar kerugian yang akan dibahas sepanjang waktu,” Neal menambahkan.
Ia memperkirakan pembayaran klaim kepada nasabah akan mencapai lebih tinggi dari angka USD50 miliar yaang dibayarkan untuk Badai Katrina. “Peluang pasar untuk membuat apa pun, selain kerugian pada 2020, adalah nol.”


Di luar pembayaran klaim nasabah, perusahaan asuransi juga cenderung harus mengembalikan sejumlah premi karena penurunan dalam bisnis.


“Banyak polis asuransi yang menyesuaikan dengan kondisi ekonomi berdasarkan  turnover  atau pembayaran upah atau pemanfaatannya, “kata Neal.

Kondisi tersebut akan menyebabkan ratusan juta pound premi harus dikembalikan oleh perusahaan asuransi.
Industri asuransi selama ini banyak dikritik karena sikapnya terhadap klaim gangguan bisnis. Perusahaan asuransi mengatakan bahwa pandemi dikecualikan dalam kebijakan standar, tetapi nasabah dan pengacaranya menyatakan bahwa mereka punya alasan kuat untuk mengklaim pembayaran.


Pada Kamis kemarin, Kelompok Aksi Hiscox, kelompok beranggotakan 200 orang yang mengajukan klaim terhadap perusahaan asuransi, mengatakan bahwa mereka telah menunjuk firma hukum Mishcon de Reya untuk menangani klaim mereka. Mereka juga sedang dalam pembicaraan dengan pemberi dana litigasi untuk membiayai langkah hukum.


Hiscox secara konsisten mengatakan bahwa kebijakan pebisnis kecil tidak mencakup pandemi. Dalam sebuah pernyataan mereka menyatakan bersedia untuk bekerja dengan “industri asuransi Inggris, regulator dan para nasabahnya untuk mencari cara mempercepat resolusi”.


Kelompok Aksi itu juga mengatakan bahwa mereka dapat menuntut kerusakan tambahan di luar pembayaran asuransi. Undang-undang tahun 2016 memungkinkan perusahaan untuk mengklaim ganti rugi kepada perusahaan asuransi atas keterlambatan pembayaran.


Para pengacara mengatakan bahwa tidak ada klaim yang berhasil untuk kerusakan karena keterlambatan pembayaran sejak undang-undang itu diperkenalkan, tetapi itu bisa digunakan sekarang.


“Ini risiko yang harus diperhitungkan perusahaan asuransi,” kata Richard Mattick, seorang pengacara di Covington & Burling.
Neal mendesak agar perusahaan asuransi menangani masalah gangguan bisnis.

“Mari kita tetapkan mekanismenya dengan cepat sehingga jika ada perselisihan itu tidak akan berlangsung berbulan-bulan, bahkan tidak lebih lama,” ujarnya.


Menurutnya, perusahaan asuransi perlu mencapai kesepakatan dengan pemerintah tentang bagaimana menangani gelombang kedua kasus virus korona. “Kita punya waktu berminggu-minggu, bukan berbulan-bulan untuk menyelesaikan beberapa masalah mendesak ini.”


Lloyd telah menyisihkan 15 juta pounsterling untuk mendanai penelitian tentang bagaimana pandemi dan peristiwa besar lainnya dapat ditangani dengan lebih baik di masa depan. (Financial Times)

Check Also

Bank Ina Perdana Catat Peningkatan Kredit 3,7 Persen Jadi Rp 13,15 Triliun Di 2024

MarketNews.id-Bank Ina Perdana (BINA), mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit yang diberikan tumbuh 3,7 persen  secara tahunan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *