Marketnews.id Signal positif terlihat dari semakin tumbuhnya tingkat kepercayaan pemodal dari dalam negeri untuk realisasi investasi. Setidaknya, terjadi peningkatan hingga 29,3 persen. Sementara buat penanaman modal asing justru mengalami penurunan.
Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ) merilis angka realisasi investasi pada triwulan I 2020 sebesar Rp210,7 triliun. Dibandingkan dengan triwulan IV 2019, realisasi ini tumbuh 1,2 persen dengan nilai realisasi investasi kala itu sebesar Rp208,3 triliun. Sementara jika dibandingkan dengan triwulan I 2019 terjadi pertumbuhan 8 persen yang nilainya hanya Rp195,1 triliun.
Kepala BKPM , Bahlil Lahadalia, mengatakan dari total realisasi investasi tersebut terdiri dari 25.192 proyek dengan kemampuan merekrut tenaga kerja hingga 303.085 orang. Sementara itu jika dibedah, realisasi investasi pada triwulan I 2020 terdiri dari investor dari dalam negeri (penanam modal dalam negeri / PMDN ) sebesar Rp112,7 triliun dan realisasi investasi dari penanam modal asing (PMA) sebanyak Rp98 triliun.
Dikatakannya untuk realisasi investasi dari PMDN pada periode tersebut secara year on year (yoy) mengalami peningkatan 29,3 persen. Sementara jika dibandingkan pada triwulan IV 2019 realisasi investasi domestik meningkat 9,5 persen. Sementara untuk PMA secara tahunan turun 9,2 persen (yoy) dan secara triwulanan mengalami penurunan 7 persen. Artinya di tengah penurunan realisasi investasi pada PMA justru PMDN mengalami peningkatan.
“Ini signal positif bahwa kepercayaan pengusaha domestik sudah mulai membaik pada pemerintah atau dari seluruh pelayanan yang diberikan oleh Kementerian dan Lembaga,” ujar Bahlil dalam teleconference, Senin (20/4).
Sementara itu dari sisi asal negara PMA, tertinggi berasal dari Singapura dengan nilai realisasi mencapai USD2,7 miliar atau sekitar 40 persen dari total realisasi. Kemudian dilanjutkan dari China sebesar USD1,3 miliar atau setara 18,9 persen, Hongkong sebanyak USD0,6 miliar atau setara 9,3 persen. Selanjutnya berasal dari Jepang sebanyak USD0,6 miliar atau setara 8,9 persen dan dari Malaysia sebanyak USD0,5 miliar atau setara 7,1 persen.
Lebih lanjut, dilihat dari propinsi tujuan investasi propinsi Jawa Timur menjadi tempat yang paling dominan yaitu dengan total penyerapan investasi mencapai Rp31,4 triliun (14,9 persen). Kemudian di Jawa Barat sebesar Rp29,9 triliun (14,2 persen) dan di DKI Jakarta sebesar Rp20,1 triliun (9,6 persen).
Sementara itu jika dilihat dari sebaran realisasi investasi di Jawa dan di luar Jawa, Bahlil menyatakan, bahwa Jawa masih mendominasi yaitu mencapai Rp108,3 triliun atau setara 51,4 persen dari total realisasi pada triwulan I 2020. Sementara untuk di luar Jawa mencapai Rp102,4 triliun atau setara 48,6 persen. Ditargetkan kedepannya realisasi investasi baik di Jawa ataupun di luar Jawa jumlahnya berimbang.
“Data ini menggambarkan bahwa pembangunan infrastruktur pada lima tahun kemarin udah punya dampak karena syarat investasi itu ada 3 yaitu infrastruktur harus bagus, tenaga kerja tersedia dan murah dan bagaimana pendekatan bahan baku,” pungkas Bahlil.