Marketnews.id Transformasi bisnis. Inilah yang dilakukan oleh PT Hero Supermarket Tbk sebagai salah satu pelopor retail modern di Indonesia. Dimasa pendemi Covid-19, perseroan melakukan transformasi bisnis, dari fokus pada bisnis ritel makanan ke bisnis ritel di sektor kesehatan dan kecantikan.
Akibat terdampak pandemi, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) membukukan rugi tahun berjalan yang lebih tajam di sepanjang 2020.
HERO sebenarnya telah mengambil langkah efisiensi lini bisnis ritel makanan. Di sisi lain, perseroan menegaskan terus memperkuat lini bisnis ritel di sektor kesehatan dan kecantikan.
Menurut Direktur HERO, Handrianus Wahyu Trikusumo pihaknya melakukan efisiensi dengan menutup beberapa toko Giant di beberapa tempat.
“Perlu kami informasikan bahwa hal ini merupakan proses transformasi bisnis yang sedang dilakukan oleh perseroan untuk memastikan bahwa kami dapat bersaing secara efektif dalam bisnis ritel makanan di Indonesia,” jelasnya seperti dikutip Bisnis , Kamis (11/3).
Adapun, laporan keuangan HERO per Desember 2020, menunjukkan perseroan mengalami rugi senilai Rp1,21 triliun atau anjlok dibandingkan rugi pada tahun sebelumnya Rp28,21 miliar.
Pendapatan HERO turun 26,98 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp8,89 triliun pada 2020 dari posisi pada tahun sebelumnya Rp12,18 triliun.
Dilihat dari segmennya, penjualan makanan turun paling besar 32,67 persen yoy menjadi Rp6,05 triliun, sedangkan penjualan nonmakanan turun 10,98 persen yoy menjadi Rp2,84 triliun.
Pada akhir tahun 2020 tercatat jumlah aset HERO senilai Rp4,83 triliun atau menyusut 20,08 persen dibandingkan akhir tahun sebelumnya Rp6,05 triliun. Ekuitas perseroan turun 49,41 persen menjadi Rp1,85 triliun sementara liabilitas menanjak 24,95 persen menjadi Rp2,98 triliun.
Manajemen HERO juga menambahkan persediaan produk perseroan mengalami penurunan sebesar 29 persen menjadi Rp456,6 miliar pada 2020 karena menurunnya pembelian persediaan dan kenaikan provisi inventory pada akhir tahun.