Marketnews.id Penurunan laba bersih perseroan hampir 64 persen di kuartal ketiga tahun ini, membuat manajemen baru Bank BNI yang dipimpin oleh Royke Tumilaar membuat pencadangan secara lebih konservatif hingga rasio kecukupan pencadangan hingga kuartal ketiga tahun ini menjadi 206,9 persen.
Sampai Kuartal III-2020, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengalami penurunan laba bersih hingga sebesar 63,9 persen (year-on-year) menjadi Rp4,32 triliun, akibat pembentukan pencadangan yang lebih konservatif.
Berdasarkan siaran pers BBNI yang dipublikasikan di Jakarta, Selasa (27/10), penurunan laba bersih perseroan hingga Kuartal III-2020 yang mencapai 64 persen tersebut diakibatkan oleh upaya BNI yang melakukan pembentukan pencadangan secara lebih konservatif, sehingga rasio kecukupan pencadangan sampai kuartal ketiga tahun ini menjadi 206,9 persen.
Manajemen BBNI menyebutkan, hingga akhir September 2020, total aset BNI bertumbuh 12,5 persen (y-o-y), terutama dikontribusi oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 21,4 persen (y-o-y) menjadi Rp705,1 triliun. “Upaya menghimpun DPK dilakukan dengan menjadikan dana murah (CASA) sebagai prioritas utama yang dimaksudkan untuk terus menekan cost of fund”.
Saat ini CASABBNI berada pada level 65,4 persen dengan cost of fund sebesar 2,86 persen atau membaik 30 basis poin (bps) dibandingkan posisi yang sama di tahun lalu sebesar 3,24 persen.
DPK tersebut mampu menopang penyaluran kredit BBNI yang bertumbuh 4,2 persen (y-o-y) menjadi Rp582,4 triliun pada Kuartal III-2020.
BBNI mencatat pendapatan bunga bersih pada Kuartal III-2020 bertumbuh negatif, yaitu sebesar -0,8 persen (y-o-y). Namun, penurunan ini diimbangi dengan upaya penurunan beban bunga sebesar -8,0 persen, sehingga NIM pada Kuartal III-2020 mencapai 4,3 persen. Sementara itu dari sisi pendapatan nonbunga (fee based income), BBNI mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,2 persen.
Direktur IT dan Operasi BNI Y.B. Hariantono mengatakan, perseroan akan terus menyalurkan kredit untuk mendukung program pemulihan ekonomi nasional (PEN). BNI akan melakukan pertumbuhan secara selektif dan prudent dengan memperhatikan track record debitur.
Selain memprioritaskan segmen korporasi yang merupakan top corporate name dalam menyalurkan kredit, BNI juga akan tetap mendorong penyaluran ke segmen kecil dan UMKM melalui KUR. Di segmen konsumer, akan ditopang kredit pemilikan rumah dan payroll.
“Prioritas kami di segmen korporasi, dengan top corporate name. Pertumbuhan kredit pada segmen kecil akan difokuskan ke KUR dan kredit UMKM. sedangkan KPR dan payroll akan jadi pendorong di segmen konsumer,” katanya dalam paparan kinerja kuartal III/2020, Selasa (27/10/2020).
Direktur Bisnis Konsumer BNI Corina Leyla Karnalies mengatakan, adanya pandemi tidak menjadi halangan bagi pertumbuhan penyaluran KPR melalui BNI Griya. Pada kuartal III/2020, penyaluran KPR tumbuh 5,6% (yoy) yang dinilai berada di atas rata-rata industri.
Menurutnya, sejumlah segmen KPR juga masih berpeluang untuk disalurkan KPR seperti rumah dengan harga di bawah Rp500 juta dan KPR subsidi.
“Kami mendalami data analytic terkait potensi sektor dan segmen mana yang masih berpeluang, segmen fix income menengah ke bawah dan harga rumah di bawah Rp500 juta dan KPR subsidi,” sebutnya.
BNI pun telah menyiapkan strategi agar penyaluran KPR tetap dapat tumbuh dengan pengajuan kredit secara digital tanpa harus ke luar rumah. BNI juga berikan relakasasi program berupa cukup membayar bunga selama dua tahun sehingga cicilan menjadi semakin ringan.
“Kami juga kerja sama dengan pemasaran digital melalui media daring market place, kami fokus memang semua melalui online. Ke depan akan kita optimalkan digital channel kolaborasi dengan acara virtual seperi expo online,” katanya.