MarketNews.id-Lippo Karawaci (LPKR), mengalami penyusutan pendapatan bersih sedalam 48,5 persen secara tahunan menjadi sisa Rp4,031 triliun pada akhir Juni 2025.
Pemicunya, perseroan tak lagi membukukan pendapatan dari lini usaha layanan kesehatan pada semester I 2025. Sedangkan semester I 2024 pendapatan dari lini kesehatan Rp5,05 triliun.
Tapi pendapatan dari penjualan rumah, rumah susun, hingga makam naik 50,6 persen secara tahunan menjadi Rp3,458 triliun. Senada pendapatan dari hotel, rumah makan, pusat belanja hingga pembiayaan konsumen tumbuh 1,07 persen secara tahunan menjadi Rp659,2 miliar.
Walau beban pokok pendapatan turun 42,05 persen secara tahunan menjadi Rp2,627 triliun. Tapi laba kotor tetap amblas 58,8 persen secara tahunan menjadi Rp1,404 triliun.
Bahkan laba usaha anjlok 98,7 persen secara tahunan sisa Rp258,78 miliar. salah satu pemicunya, pendapatan lain lain anjlok 99,7 persen secara tahunan sisa Rp60,6 miliar. Perlu diingat LPKR telah menjual Siloam International (SILO) pada 13 Juni 2024 dengan pengakuan keuntungan Rp16,3 triliun.
Presiden Direktur LPKR, Marlo Budiman melaporkan laba bersih Rp137,9 miliar pada semester I 2025. Nilai laba itu anjlok 99,3 persen dibanding semester I 2024 yang mencapai Rp19,3 triliun.
Dampaknya, laba per saham melorot ke Rp1,95 per lembar pada akhir Juni 2025. Sedangkan akhir Juni 2024 senilai Rp280,61 per helai.
Tapi laba tersebut dapat menambah saldo laba 1,5 persen dibanding akhir tahun 2024 menjadi Rp7,971 triliun pada akhir Juni 2025.
Pada gilirannya, total ekuitas turut meningkat 1,3 persen dibanding akhir tahun 2024 menjadi Rp31,35 triliun pada akhir Juni 2025.
Pada sisi lain, jumlah kewajiban bertambah 2,05 persen dibanding akhir tahun 2024 menjadi Rp23,306 triliun pada akhir Juni 2025.
Patut dicermati, kas digunakan untuk aktivitas operasi mencapai Rp894,3 miliar selama 6 bulan pertama 2025. Pasalnya, penerimaan selama 6 bulan 2025 hanya Rp2,32 triliun. tapi pembayaraan kepada pemasok mencapai Rp2,346 triliun.
Selain itu, LPKR membayar bunga Rp246,4 miliar. Ditambah pembayaran pajak Rp163,4 miliar dan penempatan dana yang dibatasi penggunaannya Rp118,3 miliar.
Abdul Segara