MarketNews.id-Bank Ina Perdana (BINA), mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit yang diberikan tumbuh 3,7 persen secara tahunan menjadi Rp13,15 triliun pada tahun 2024.
Sehingga pendapatan bunga tumbuh secara tahunan menjadi Rp1,889 triliun. Tapi beban bunga meningkat 15,7 persen secara tahunan menjadi Rp1,176 triliun. Sehingga pendapatan bunga bersih tumbuh 0,56 persen secara tahunan menjadi Rp713,06 miliar.
Namun rasio kredit bermasalah bank milik Anthoni Salim itu memburuk. NPL gross bengkak 3,46 persen pada akhir tahun 2024, Sedangkan akhir tahun 2023 berada di level 3,44 persen. NPL net mengembung menjadi 2,2 persen dari 1,69 persen.
Ditambah total pendapatan operasional lainnya Rp48,086 miliar atau turun 18,91 persen secara tahunan.
Adapun beban operasional lainnya naik 30,3 persen secara tahunan menjadi Rp653,68 miliar. Dampaknya, laba sebelum beban pajak turun 59,9 persen secara tahunan menjadi Rp107,46 miliar.
Direktur Utama BINA, Henry Koenaifi melaporkan laba bersih Rp81,848 miliar pada tahun 2024. Hasil itu turun 60,8 persen dibanding tahun 2023 yang tercatat Rp207,87 miliar.
Akibatnya, laba per saham merosot ke level Rp13,34 per lembar pada akhir tahun 2024. Sedangkan akhir tahun 2023 berada di level Rp33,89 per helai.
Mengacu laporan keuangan BINA tahun 2024 telah audit pada laman BEI, Selasa 8 April 2025 tercantum jumlah simpanan Rp20,127 triliun. Nilai itu tumbuh 4,2 persen secara tahunan dibanding tahun 2024.
Dari jumlah itu, rasio dana murah turun 8,1 persen menjadi 24,5 persen dari 32,6 persen. BOPO naik menjadi 93,9 persen dari 84,4 persen. Rasio bunga bersih turun menjadi 3,3 persen dari 3,5 persen.
Sementara itu, CAR 25,07 persen; ROA 0,44 persen; ROE 2,35 persen dan LDR 65,34 persen.
Abdul Segara