Home / Otoritas / Bank Indonesia / Sri Mulyani : Pendapat Negara meningkat, Tapi Tidak Berbasis Ekonomi Secara Luas

Sri Mulyani : Pendapat Negara meningkat, Tapi Tidak Berbasis Ekonomi Secara Luas

Marketnews.id Meningkat pendapatan negara pada Maret lalu, diantara nya disebabkan pembelian pita cukai karena banyak pabrik rokok yang mengantisipasi PSBB, dan pembayaran PNPB akibat BUMN yang memajukan pembayaran dividen. Selain itu, dividen yang dikeluarkan BUMN dari sisi jumlah jauh lebih besar dibandingkan dividen tahun tahun sebelumnya.

Pendapatan negara hingga Maret 2020 mencapai Rp375,9 triliun atau tumbuh sebesar 7,7 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan pendapatan negara yang tumbuh 7,7 persen ini lebih baik, meskipun basisnya bukan basis ekonomi secara luas.

“Kita melihat angka Maret bukan angka normal yang menunjukkan kondisi ekonomi sesungguhnya,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita, Jumat (17/4/2020).

Dalam catatan Kemenkeu, banyak hal yang memicu pertumbuhan a.l. pembelian pita cukai karena banyak pabrik rokok yang mengantisipasi PSBB dan pembayaran PNBP akibat BUMN yang memajukan pembayaran dividen.

“Bank melakukan RUPS lebih awal dan membayarkan dividennya pada Maret ini. Ini menyebabkan pendapatan negara nampak melonjak,” ujar Sri Mulyani.

PNBP tumbuh mencapai 36,8 persen menjadi Rp96 triliun. Pertumbuhan PNBP ini jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 1,2 persen.

Sementara itu, cukai terkumpul hingga Rp29,1 triliun, naik 36,5 persen pada Maret ini. “Sekali lagi ini karena pabrik rokok membeli cukai lebih awal untuk antisipasi pembatasan sosial sehingga dibeli Maret,” kata Sri Mulyani.

Kendati pertumbuhan pendapatan tidak menunjukkan geliat ekonomi, Sri Mulyani mengungkapkan pertumbuhan 7,7 persen masih lebih baik dibandingkan tahun lalu sebesar 4,6 persen. 

Lebih jauh Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kinerja perdagangan Indonesia belum dapat lepas dari tekanan akibat wabah corona dan pelambatan ekonomi global.

Dia memprediksi laju impor Indonesia bisa mengalami penurunan kembali setelah sempat naik pada Maret 2020.

“Impor ini nampaknya akan mulai membelok ke bawah lagi setelah sempat naik pada maret dan turun lagi bulan-bulan ke depan,” katanya.

Adapun, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) ilai impor Indonesia Maret 2020 mencapai US$13,35 miliar, naik 15,60 persen dibandingkan dengan  Februari 2020. Sementara itu, apabila dibandingkan Maret 2019 turun 0,75 persen. 
Penurunan impor tersebut menurutnya, akan menjadi perhatian pemerintah. Dia mengaku akan mewaspadai tekanan dari sisi perdagangan tersebut.

“ini tema yang akan kita perhatikan dalam mengelola APBN mulai maret April ini,” ujarnya.

Check Also

Senada Gubernur DKI Jakarta, Bank DKI Pastikan Data Dan Nasabah Tetap Aman

MarketNews.id– Bank DKI memastikan dana dan data nasabah tetap aman. Pernyataan ini sejalan dengan apa …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *