MarketNews.id- Lo Kheng Hong, investor kawakan Indonesia dengan lugas menepis pandangan sebagian masyarakat yang menyamakan investasi pada instrumen efek bersifat ekuitas atau saham sama dengan judi.
Investor pengguna jurus fundamental tingkat tinggi ini justru balik menilai pandangan itu keluar dari ketidaktahuan semata.
“Biasanya yang mengatakan itu (red- menyamakan investasi saham sama dengan judi), mereka tidak tahu apa yang mereka katakan,” kata investor dengan inisial LKH ini saat menjawab pertanyaan pada Today’s Message Podcast dikutip Sabtu 11 Januari 2025.
Ia mengingatkan, saham menjadi salah satu aset investasi yang dapat diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebaliknya judi termasuk kegiatan yang dilarang secara hukum di Indonesia.
“Kasino tidak ada, judi online ( Judol) pelakunya ditangkap tangkapin,” ujar dia.
Lebih lanjut LKH menjelaskan, perbedaan mendasar antara judi dengan investasi saham. Bila investasi saham, instrument investasi diterbitkan perusahaan. Perusahaan tersebut diwajibkan menyusun laporan keuangan secara berkala.
“Kita bisa menghitung valuasi saham, kalau laba perusahaan segini berapa valuasinya. Jadi jelas BEI tempat orang berinvetasi bukan untuk berjudi,” jelas dia.
Sebaliknya menurut dia, judi tidak memiliki underlaying atau jaminan aset transaksinya tapi hanya berdasarkan untung-untungan.
LKH tak segan membeberkan jurus investasi sehingga membawanya beraset triliunan rupiah. Menjadi investor hanya cukup bisa berhitung kali, bagi, tambah, kurang dan persentase guna menghitung valuasi saham.
“Selama Investor beli saham dengan PER ( Price Earning Ratio) dan PBV( Price Book Value rendah, maka dia akan menjadikan investasi saham dengan return ( imbal hasil ) tinggi resiko rendah,” papar dia.
Lebih jelasnya, LKH telah meracik rumus investasi bertajuk angka 9 yang berpotensi investor berkantong tebal.
“Belilah perusahaan dengan PER paling tinggi 9 kali dan PBV maksimum 1 kali. Jadi 9 kali 1 sama dengan 9,” beber dia.
Ia menerapkan strategi itu pada tahun 2020 saat pandemik covid-19 ikut menjangkiti bursa saham. Saat itu, dia telah menghitung berapa saham valuasi rendah seperti GJTL, ABMM, PTRO dan salah satu saham grup Panin.
“Saya dorong semua modal ke saham uang tunai sisa Rp50 juta untuk kehidupan sehari hari, Tapi 2 tahun berikutnya PTRO di beli investor baru, bank Panin dikabarkan akan dibeli investor Jepang. Saya jual kedua saham itu, hasilnya ada uang Rp1 triliun dari Rp50 juta,” kenang dia.
Abdul Segara