Marketnews.is Gudang Garam sebagai salah satu kelompok usaha terbesar di Indonesia berhasil meraih sebesar Rp10,8 Triliun. Raihan laba tersebut naik 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, niat perseron untuk membangun bandara terus berjalan dan pembebasan tanah sudah mencapai 99%.
Laba bersih emiten rokok asal Kediri, PT Gudang Garam Tbk (GGRM), mampu menembus Rp 10,80 triliun sepanjang tahun lalu atau tumbuh 40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yakni Rp 7,79 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Senin ini (30/3/2020) laba bersih bersih per saham (earnings per share ) naik menjadi Rp 5.655 dari sebelumnya Rp 4.055.
Kenaikan laba bersih itu seiring dengan pendapatan perusahaan yang juga naik 15,47% menjadi Rp 110,52 triliun dari sebelumnya Rp 95,71 triliun.
Di sisi lain, beban penjualan juga naik menjadi Rp 87,74 triliun dari sebelumnya Rp 77,06 triliun, denganlaba kotor mencapai Rp 22,78 triliun dari Rp 18,64 triliun.
Tahun lalu, total aset perusahaan naik menjadi Rp 78,65 tribun dari Rp 69,10 triliun, di mana ekuitas naik menjadi Rp 50,93 triliun dari Rp 45,15 triliun dengan jumlah kewajiban total Rp 27,72 triliun dari Rp 23,96 triliun.
Gudang Garam sebelumnya juga sudah mengagendakan akan melakukan ground breaking (peletakan batu pertama) pembangunan Bandara Dhoho, Kediri, Jawa Timur, pada 15 April 2020 mendatang.
Pembangunan dana ini diperkirakan akan menelan dana hingga Rp 6 triliun-Rp 9 triliun dan akan dibiayai menggunakan kas internal perusahaan.
Direktur Gudang Garam Istata Taswin Siddharta mengatakan komitmen pembangunan bandara ini sudah dilakukan perusahaan sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan, proses pembebasan lahan juga telah dilakukan dengan progres terakhir 99% kebutuhan lahan sudah dipegang perusahaan.
“Kami sendiri masih mengerjakan detailnya, kira-kira akan mengeluarkan cashflow berapa. Tapi keperluan dana saya yakin bisa di- cover dari dana internal karena kalau bicara spread out sekitar lebih dari 2 tahun, kami sudah keluar dari kemarin-kemarin, kalau dibagi menjadi 3-4 tahun tidak membebani. Masih oke dari dana internal,” kata Istata di Jakarta beberapa waktu lalu
Istata menerangkan, hingga saat ini lama masa konsesi bandara ini masih dibahas dengan Kementerian Perhubungan. Namun perusahaan mengharapkan masa konsesi ini bisa cukup panjang.
“Tidak harus untung, tapi kalau boleh jangan rugi terlalu banyak,” imbuh dia.
Sekadar informasi, pembangunan tahap pertama Bandara Dhoho Kediri direncanakan akan dibangun seluas 13.558 meter persegi dari luas total lahan bandara hampir 400 hektare dengan dimensi runway atau landasan pacu 2.400 meter x 45 meter. Daya tampung terminal bandara ini akan mencapai 1,5 juta penumpang per tahun.
Namun ditargetkan total daya tampung bandara ini nantinya akan mencapai 5 juta penumpang.
Dari sisi harga saham GGRM, data BEI mencatat, saham GGRMpada Senin ini minus 6,99% di level Rp 40.925/saham di sesi I. Sejak awal tahun hingga saat ini, saham GGRM ambles 23% dengan kapitalisasi pasar Rp 79 triliun.