MarketNews.id Meningkatnya Pendapatan Usaha PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) Sebesar Rp 6,63 triliun di kuartal I 2024 belum mampu menutup akumulasi kerugian yang diderita tahun lalu sebesar Rp14, 31 triliun. Meskipun dalam kuartal pertama tahun 2024 sudah ada peningkatan pendapatan usaha, tapi belum mampu menutup kerugian tahun sebelumnya.
MarketNews.id Hingga 31 Maret 2024, PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) mencatatkan akumulasi rugi (defisit) sebesar Rp14,31 triliun atau membengkak 8,16 persen (year-to-date), setelah menderita rugi bersih di Kuartal I-2024 senilai Rp1,08 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan CMPP yang dikutip Jumat 10 Mei 2024, pendapatan usaha AirAsia selama tiga bulan pertama tahun ini mencapai Rp6,63 triliun atau melambung 75,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2023 sebesar Rp3,78 triliun.
Sering dengan peningkatan revenue tersebut, total beban usaha CMPP di Kuartal I-2024 mengalami kenaikan 43,73 persen (year-on-year) menjadi Rp7,33 triliun, sehingga rugi usaha selama tiga bulan pertama tahun ini menurun 46,6 persen (y-o-y) menjadi Rp702,62 miliar.
Pada Kuartal I-2024, perusahaan yang dikendalikan oleh AirAsia Aviation Group Limited ini mencatatkan rugi sebelum pajak penghasilan senilai Rp1,06 triliun atau mengalami penurunan 35,37 persen dibandingkan dengan rugi sebelum pajak penghasilan di Kuartal I-2023 yang sebesar Rp1,64 triliun.
Dengan adanya beban pajak penghasilan di Kuartal I-2024 yang sebesar Rp16,65 miliar, maka rugi tahun berjalan yang dicatatkan CMPP menjadi Rp1,08 triliun atau menurun 34,55 persen (y-o-y).
Adapun besaran rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di Kuartal I-2024 juga sebesar Rp1,08 triliun atau menurun 34,55 persen dibandingkan dengan rugi bersih di Kuartal I-2023 sebesar Rp1,65 triliun.
Akibat kinerja bottom line yang kembali negatif tersebut, maka per 31 Maret 2024 jumlah defisit CMMP menjadi Rp14,31 triliun atau meningkat 8,16 persen (y-t-d). Sehingga pada akhir Kuartal I-2024, AirAsia Indonesia mencatatkan ekuitas negatif alias defisiensi modal sebesar Rp7,9 triliun atau membengkak 15,84 persen (y-t-d).
Per 31 Maret 2024, total liabilitas CMMP tercatat meningkat 15,2 persen (y-t-d) menjadi Rp14,02 triliun, yang masih didominasi oleh kewajiban jangka pendek sebesar Rp8,58 triliun atau mengalami kenaikan 15,17 persen dibandingkan dengan per 31 Desember 2023 yang senilai Rp7,45 triliun.
Kinerja maskapai penerbangan di kuartal ke dua tahun ini diperkirakan masih berat apalagi kecenderungan peningkatan harga minyak masih berpotensi akan naik.