MarketNews.id Menjadi pemain utama rantai pasok baterai litium dunia jadi impian semua negara. Indonesia sebagai produsen bahan baku litium terbesar di dunia juga berhasrat untuk menjadi produsen baterai litium dunia.
Optimisme ini didasarkan pada komitmen dari investor yang akan berinvestasi pada baterai litium yang minatnya juga besar seperti dari Jepang, Korea dan Eropa. Sebagai data, saat ini Indonesia sudah punya investasi senilai Rp 490 triliun hingga 2026. Tahun lalu pun sudah masuk komitmen investasi sebesar Rp 710 triliun untuk baterai listrik ini.
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan sejumlah pabrikan multinasional mulai serius menjajaki peluang investasi di sisi hulu hingga hilir ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Bahkan, BKPM memastikan bahwa sejumlah investasi jumbo untuk pabrik baterai kendaraan listrik akan dapat direalisasikan di Indonesia pada tahun depan.
Deputi Promosi Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan, mengatakan sejumlah perusahaan yang sudah beberapa kali melakukan pembicaraan itu di antaranya berasal dari Jepang, Korea Selatan, Eropa dan China.
“Pendekatannya beberapa menggunakan konsorsium, beberapa investor kolaborasi ada yang ahli di bidang tambang, smelter lalu pembuatan materi baterainya,” kata Nurul beberapa waktu lalu.
Nurul menuturkan sejumlah konsorsium itu mesti menggandeng perusahaan rekanan di dalam negeri untuk menjamin keberlanjutan investasi mereka. Hanya saja, dia enggan menerangkan, kecenderungan konsorsium itu untuk memilih mitra potensial domestik mana yang akan digaet nantinya.
Menurutnya, konsorsium itu memiliki keleluasaan untuk bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta. Kendati demikian, dia menambahkan, saat ini pemerintah masih menunggu kepastian pembentukan konsorsium dari sejumlah perusahaan tersebut, karena mereka masih berdiskusi intens terkait kepemilikan saham serta rencana bisnis ke depan dalam perusahaan patungan tersebut.
“Kita harus masih menunggu dan memberi keleluasaan waktu kepada mereka pada akhirnya menyepakatinya seperti apa,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, pemerintah resmi meluncurkan program bantuan serta insentif fiskal dan nonfiskal untuk pembelian kendaraan listrik di Indonesia kemarin.
Program itu diharapkan dapat segera membentuk ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri. Harapannya, penciptaan pasar yang masif dapat ikut meningkatkan investasi pada sisi hulu hingga hilir ekosistem kendaraan listrik mendatang.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bantuan pemerintah serta aturan insentif fiskal lainnya bakal efektif pada 20 Maret 2023.
Luhut berharap bantuan pemerintah itu dapat meningkatkan adopsi kendaraan listrik di dalam negeri seiring dengan komitmen pemerintah untuk menggaet investasi dari pabrikan kendaraan setrum dunia saat ini.
Luhut mengatakan nantinya anggaran bantuan pemerintah itu bakal disalurkan langsung ke produsen atau pabrikan kendaraan listrik terkait.
Hanya saja, dia menggarisbawahi, pabrikan kendaraan listrik yang mendapat bantuan pemerintah itu mesti bersedia menjual produk mereka dengan harga terjangkau kepada masyarakat, tuturnya.