MarketNews.id Meningkatnya tingkat bunga global dan ketatnya persaingan di industri perbankan, penyebab menurunnya laba kotor Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) sepanjang 2022 lalu. Meskipun begitu Bank asal negeri jiran ini mencatat biaya dana atau cost of funds membaik dan membukukan provisi yang lebih rendah sejalan dengan membaiknya kualitas kredit. Begitu juga dengan Margin Bunga Bersih atau Net Interest Margin/NIM naik 5,1 persen di Desember 2022.
Bank Maybank Indonesia, Tbk (BNII) mencatat laba sebelum pajak sebesar Rp2,04 triliun untuk periode yang berakhir Desember 2022. Realisasi ini turun 7,4 persen dari Rp2,20 triliun pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, penurunan ini disebabkan oleh penurunan loan yields akibat persaingan ketat di industri. Selain penurunan pendapatan dari Global Markets (GM), Bancassurance dan Wealth Management.
“Bank mencatat biaya dana (cost of funds) membaik dan membukukan provisi yang lebih rendah, seiring dengan membaiknya kualitas kredit,” kata Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria dalam keterangannya, Sabtu 18 Pebruari 2023.
Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin/NIM) pada periode itu meningkat sebesar 36 bps menjadi 5,1 persen pada Desember 2022. Ini didukung oleh biaya dana yang lebih rendah dan saldo CASA yang lebih tinggi serta pertumbuhan pembiayaan otomotif (auto-loan) dengan marjin yang lebih tinggi.
Bank mencatat pendapatan fee (fee-based income) turun 15,8 persen disebabkan oleh pendapatan fee global market yang turun 62,7 persen year on year (yoy) akibat kenaikan suku bunga global dan volatilitas pasar. Namun demikian, pendapatan dari layanan valas ritel telah mengalami perbaikan yang berasal dari kantor-kantor cabang di sebagian besar wilayah di Indonesia.
Untuk kredit tumbuh 5,9 persen jadi Rp107,82 triliun dari Rp101,77 triliun pada tahun sebelumnya yang didukung oleh peningkatan pembiayaan pada segmen korporasi dan ritel.
Kredit segmen korporasi yaitu global banking tumbuh 7,1 persen menjadi Rp40,65 triliun dari Rp37,95 triliun pada tahun sebelumnya.
“Sedangkan total kredit Community Financial Services (CFS) Ritel dan Non-Ritel tumbuh 5,2% menjadi Rp67,17 triliun dari Rp63,82 triliun,” ulasnya.
Seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat, kredit segmen CFS Ritel secara signifikan tumbuh 13,6 persen menjadi Rp38,99 triliun dari Rp34,32 triliun. Pertumbuhan ini didukung pertumbuhan pembiayaan otomotif sebesar 22,6 persen year on year (yoy) bisnis kartu kredit dan KTA sebesar 14,7 persen yoy dan KPR sebesar 4,6 persen yoy.
“Kredit segmen CFS Non-retail Maybank Indonesia terdiri dari Business Banking, Small and Medium Enterprises (atau yang diklasifikasikan oleh Bank sebagai SME+) dan Retail Small and Medium Enterprises ( RSME ),” lanjutnya.
Pada 2022, segmen RSME telah berhasil mempertahankan momentum pertumbuhan sebesar 4,5 persen menjadi Rp12,77 triliun dari Rp12,23 triliun. Hal ini didukung oleh upaya Bank dalam melakukan rebalancing terhadap portofolio pembiayaan non-ritel dengan memfokuskan penyaluran kredit pada segmen UKM.
Sementara, Bank juga mempertahankan risk posture dan hal ini berdampak terhadap portofolio kredit segmen SME+ yang turun 4,4 persen dan Business Banking turun 13,6 persen. Dengan demikian Bank mencatat total kredit segmen CFS Non-ritel turun 4,5 persen Y-o-Y.
Seiring dengan pelonggaran pembatasan masyarakat, kegiatan operasional Bank kembali bergulir, termasuk di antaranya aktivitas pemasaran dan penyelenggaraan acara yang melibatkan nasabah. Selain itu, Bank juga berfokus pada peningkatan sumber daya manusia, di mana hal ini mendorong biaya personnel naik 8 persen. Dengan demikian, biaya overhead tercatat naik 3,6 persen menjadi Rp5,65 triliun.
“Bank mengambil langkah proaktif untuk menjaga kualitas aset, dimana Cadangan Kerugian Penurunan Nilai ( CKPN ) turun 17,8 persen,” tukasnya.