MarketNews.id Meskipun tahun 2023 mendatang dipastikan PT Reasuransi Indonesia Utama belum dapat Penyertaan Modal Negara (PMN), tapi perusahaan Re asuransi ini yakin dapat memperbaiki kinerja keuangan di tahun 2022 ini. Manajemen juga optimistik akan dapat PNM di 2024 mendatang.
PT Perusahaan reasuransi pelat merah PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re optimistis tetap mampu merealisasikan rencana perbaikan kinerja, kendati urung mendapat restu suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun depan.
Sebagai pengingat, Indonesia Re sebelumnya mengajukan PMN sebesar Rp3 triliun untuk RAPBN 2023 demi meningkatkan kapasitas permodalan. Harapannya, suntikan modal ini mampu mempercepat rencana Indonesia Re mendapatkan rating internasional, sehingga kinerja bisa lebih baik lewat upaya peningkatan portofolio bisnis di pasar global secara gradual.
Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu mengungkap, apabila belum bisa mendapatkan PMN pada 2023, pihaknya masih bisa mengajukan PMN pada tahun berikutnya. Oleh sebab itu, upaya perbaikan bisnis secara organik dan anorganik harus terus berjalan secara bersamaan.
“Kami konsisten menjalankan dua strategi. Untuk yang organik, yaitu dengan mengupayakan pembenahan industri di dalam negeri. Sementara yang anorganik, masih ada rencana menggandeng strategic partner. Jadi kami bukan cuma menunggu PMN,” ujarnya Selasa 20 September 2022.
Benny menjelaskan bahwa upaya pembenahan organik mulai berproses lewat menggandeng para pemain reasuransi dan asuransi lokal untuk memperbaiki beberapa jenis produk. Salah satunya, merancang kembali kerangka underwriting yang lebih kuat untuk asuransi kredit, karena produk ini tengah menjadi lini bisnis paling merugikan sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Sementara untuk penguatan kapasitas bisnis secara anorganik lewat menggandeng investor strategis, Benny menggambarkan bahwa upaya ini bukan semata-mata menyerap modal asing masuk ke dalam Indonesia Re lewat aksi korporasi.
“Jadi bukan cuma permodalan [dari pendanaan], tapi juga lebih kepada bagaimana kita bisa membawa pakar dari luar untuk bisa memperkaya proses bisnis kami di Indonesia. Karena modal buat reasuransi itu bukan cuma financial capacity, tapi juga sumber daya manusia dan sistem,” tambahnya.
Sebab, secara umum apabila upaya mendapat rating internasional molor, rencana memperbesar portofolio bisnis di pasar internasional masih memungkinkan apabila Indonesia Re memiliki pengalaman dan pakar berskala global.
Sebagai informasi, saat ini porsi pendapatan premi Indonesia Re dari dalam negeri masih mencapai kisaran 94 persen dari total, sementara sisanya premi dari luar negeri mencapai kisaran 6 persen.
Risiko yang terkonsentrasi di dalam negeri tersebut, ditambah melonjaknya klaim asuransi kredit selama pandemi, menjadi beberapa faktor yang membawa Indonesia Re membukukan rugi bersih hingga Rp517,86 miliar pada tutup buku 2021.
Kinerja keuangan tersebut tercatat anjlok ketimbang tutup periode 2020 alias periode awal pandemi Covid-19, di mana Indonesia Re masih bisa mencetak laba bersih senilai Rp104,05 miliar. Adapun, pada periode 2019, laba bersih mampu mencapai Rp219,8 miliar.