Marketnews.id Meningkatnya peringkat PT Global Mediacom Tbk ((BMTR) jadi idA+ dengan prospek stabil dipicu oleh perbaikan profil keuangan, terutama pada struktur permodalan dan proteksi arus kas seiring dengan upaya penurunan utang perseroan. Kenaikan peringkat juga dipengaruhi oleh pendapatan BMTR yang lebih kuat dari bisnis media berbasis iklan dan konten.
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memutuskan untuk menaikkan peringkat PT Global Mediacom Tbk (BMTR) menjadi idA+ (Single A Plus) dari sebelumnya idA, sedangkan prospek peringkat ditetapkan pada level ‘Stabil’.
Menurut analis Pefindo, Niken Indriarsih di Jakarta, Selasa 7 Juni 2022, pihaknya menaikkan peringkat BMTR maupun Obligasi Berkelanjutan I-2017 dan Obligasi Berkelanjutan II-2020-2021 ke level idA+ dari sebelumnya di level idA.
Selain itu, Pefindo memutuskan untuk menaikkan rating surat utang BMTR lainnya, yakni Sukuk Ijarah Berkelanjutan I-2017 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II-2020-2021 menjadi idA+(sy) (Single A Plus Syariah) dari sebelumnya di level idA(sy).
Lebih jauh Niken menyebutkan, pihaknya juga menetapkan peringkat idA+ untuk rencana penerbitan surat utang BMTR, yaitu Obligasi Berkelanjutan III sebesar maksimal Rp1,3 triliun dan peringkat idA+(sy) untuk rencana Sukuk Ijarah Berkelanjutan III sebesar maksimal Rp0,9 triliun.
Nantinya, hasil penerbitan surat utang ini akan digunakan BMTR untuk melunasi obligasi dan sukuk yang jatuh tempo pada Juli dan September 2022.
“Kenaikan peringkat ini dipicu oleh perbaikan profil keuangan, terutama pada struktur permodalan dan proteksi arus kas, seiring dengan upaya penurunan utang,” ucap Niken.
Dia menambahkan, kenaikan peringkat juga dipengaruhi oleh pendapatan BMTR yang lebih kuat dari bisnis media berbasis iklan dan konten.
“BMTR berencana melunasi Obligasi Berkelanjutan I-2017 Tahap I Seri A sebesar Rp804,8 miliar dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I-2017 Seri A sebesar Rp213,05 miliar yang akan jatuh tempo pada 7 Juli 2022,” katanya.
Niken menjelaskan, Efek utang dengan peringkat idA mengindikasikan bahwa kemampuan emiten untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas Efek utang tersebut adalah kuat.
“Namun, kemampuan emiten agak lebih mudah terpengaruh perubahan buruk kondisi ekonomi, dibandingkan dengan emiten yang berperingkat lebih tinggi”.
Lebih lanjut Niken menyebutkan, tanda plus (+) pada peringkat menunjukkan bahwa rating yang diberikan relatif kuat dan berada di atas rata-rata kategori yang bersangkutan. Akhiran (sy) memiliki makna, peringkat mempersyaratkan pemenuhan prinsip syariah.
“Peringkat pada BMTR tersebut mencerminkan kepemilikan mayoritas Global Mediacom pada perusahaan-perusahaan media terbesar dan terkemuka di Indonesia, serta beragamnya jasa layanan media yang disediakan oleh entitas-entitas anak dan profitabilitas operasional yang baik,” tutur Niken.
Tetapi, kata dia, peringkat dibatasi oleh akses tidak langsung terhadap arus kas operasional, paparan terhadap surat utang bertenor jangka pendek dan volatilitas mata uang asing maupun persaingan yang ketat pada industri media.
“Peringkat akan diturunkan, jika Global Mediacom dan/atau entitas-entitas anaknya memiliki utang lebih besar dari yang diproyeksikan, karena adanya rencana belanja modal yang signifikan dan adanya rencana akuisisi yang menyebabkan rasio debt to EBITDA lebih dari 3x dan rasio funds from operation to debt kurang dari 25 persen,” ungkap Niken.
Peringkat BMTR bisa saja kembali dinaikkan, apabila perseroan mampu mengurangi ketergantungan terhadap pendapatan dividen dari sejumlah entitas anak atau bisa menghasilkan arus kas sendiri secara berulang dan berkelanjutan, serta mampu memperbaiki profil kredit dengan cara mengurangi jumlah utang.