Marketnews.id Bisnis di sektor properti sejak tahun lalu sudah mulai pulih dan diharapkan bangkit dalam tahun 2022 ini. Meskipun tidak dapat dipungkiri pulih nya bisnis properti karena andil pemerintah memberikan stimulus berupa insentif pajak, rendahnya suku bunga dan tingginya dengan dari kaum milenial untuk memiliki rumah. Mulai pulih nya bisnis properti ini diharapkan berlanjut dengan semakin tingginya mobilitas masyarakat.
Lippo Karawaci Tbk (LPKR) optimistis sejumlah katalis di sektor properti seperti insentif dari pemerintah, rendahnya suku bunga, dan tingginya permintaan berpotensi mengerek kinerja.
Menurut CEO LPKR, John Riady, optimistis sektor properti pada tahun 2022 timbul setelah mengalami pemulihan signifikan pada tahun lalu.
Sebagai informasi sepanjang 9 bulan pertama tahun 2021, pendapatan LPKR naik 44 persen (year on year) menjadi Rp10,95 triliun dan Ebitda naik sebesar 84 persen, seiring dengan pertumbuhan bisnis yang baik dalam pengembangan properti dan layanan kesehatan.
Untuk pertumbuhan positif sektor properti tahun ini memang tak luput dari sejumlah faktor, seperti insentif dari pemerintah, suku bunga rendah, dan tingginya permintaan rumah tapak oleh segmen milenial.
“Industri properti memiliki prospek cerah untuk pertumbuhan berkesinambungan. Ke depan sektor properti masih sangat prospektif mengingat rasio kepemilikan rumah yang masih rendah di Indonesia,” papar John melalui keterangan resmi seperti dikutip Rabu, 12 Januari 2022.
Lebih jauh John menjelaskan, pendapatan per kapita masyarakat yang semakin meningkat dan kemudahan fasilitas perbankan untuk pembiayaan kepemilikan rumah dengan bunga yang terjangkau membuat bisnis properti juga semakin bertumbuh.
LPKR tentunya akan terus menciptakan produk yang lebih inovatif untuk mendorong kepemilikan rumah bagi generasi selanjutnya. John pun meyakini pada tahun 2022 sektor properti akan bangkit.
Sebagai informasi LPKR membidik adanya peningkatan pra penjualan atau marketing sales lebih dari 5% atau sekitar Rp 5,2 triliun di tahun 2022. Selain itu, pra penjualan LPKR sebagai induk perusahaan juga diperkirakan akan berkontribusi sebesar 73% tahun ini.
Adanya target kenaikan itu didorong dari data pra penjualan di sepanjang 2021 yang mencapai Rp 4,96 triliun. Jumlah itu naik 86% YoY (year on year) dan 18% di atas target pra penjualan yang sebelumnya telah direvisi oleh perseroan yakni sebesar Rp 4,2 triliun.