Marketnews.id Setelah dua bulan berturut-turut mengalami kontraksi, posisi Purchasing Managers Indeks (PMI) manufaktur Indonesia kembali masuk zona ekspansif di posisi 52,2. Posisi ini mengindikasikan optimisme kenaikan ekspor seperti yang terjadi dua bulan sebelumnya.
Dengan terus meningkatnya ekspor diharapkan tren pemulihan ekonomi nasional terus berlanjut yang tergambar dari surplusnya neraca perdagangan pada September 2021 sebesar USD 4,37 miliar.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyampaikan, adanya peningkatan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur September 2021 yang berada pada posisi 52,2 menunjukkan optimisme peningkatan ekspor.
“Optimisme peningkatan ekspor ditunjukkan adanya peningkatan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur September 2021 yang berada pada posisi 52,2. Posisi ini kembali memasuki periode ekspansif setelah selama dua bulan sebelumnya mengalami kontraksi,” kata Mendag Lutfi lewat keterangannya di Jakarta, Rabu, 20 Oktober 2021.
Mendag memaparkan, tren pemulihan ekonomi Indonesia kembali berlanjut pascagelombang kedua pandemi COVID-19. Hal itu tergambar dari neraca perdagangan September 2021 yang kembali mencatatkan surplus 4,37 miliar dolar AS.
Surplus tersebut ditopang oleh surplus neraca nonmigas sebesar 5,30 miliar dolar AS dan defisit neraca migas sebesar 0,93 miliar dolar AS.
Mendag mengungkapkan surplus pada neraca perdagangan September 2021 melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020, namun berada di bawah surplus bulan sebelumnya yang mencapai 4,75 miliar dolar AS.
Secara kumulatif, surplus perdagangan periode Januari–September 2021 mencapai 25,07 miliar dolar AS yang terdiri atas surplus neraca nonmigas 33,48 miliar dolar AS dan defisit migas 8,40 miliar dolar AS.
Lebih lanjut Mendag mengungkapkan beberapa negara mitra dagang Indonesia penyumbang surplus perdagangan terbesar, di antaranya Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina dengan jumlah mencapai 2,68 miliar dolar AS.
Sementara Australia, Thailand, dan Ukraina menjadi negara mitra penyumbang defisit perdagangan terbesar dengan jumlah 0,91 miliar dolar AS.