Home / Otoritas / Bank Indonesia / Kemenkue : Pemerintah Akan Fokus Atasi Pendemi Dan Waspadai Risiko Global

Kemenkue : Pemerintah Akan Fokus Atasi Pendemi Dan Waspadai Risiko Global

Marketnews.id Pemerintah Indonesia cukup berhati-hati menyikapi perkiraan IMF akan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun mendatang kembali mengalami koreksi kebawah akibat risiko global dampak dari krisis energi yang terjadi di Eropa, Tiongkok dan Amerika.


Pemerintah Indonesia akan terus mewaspadai risiko global yang akan terjadi. Pendemi Covid-19 hingga saat ini masih jadi fokus perhatian pemerintah. Meski Indonesia telah melewati puncak gelombang Covid-19 akibat Delta Varian. Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan kapabilitas dalam penanganan pendemi.

Pemerintah Indonesia terus mewaspadai berbagai risiko global yang bisa menekan prospek pertumbuhan ekonomi nasional, di tengah fokus utama dalam penanganan pendemi Covid-19.


Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, dalam keterangan tertulis, Rabu, 13 Oktober 2021, menanggapi laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2021, yang dirilis International Monetary Fund (IMF), Selasa waktu AS atau Rabu dinihari WIB.


Dalam laporan terbarunya, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2021 dari 6,0% menjadi 5,9% (0,1 percentage point/pp) dibanding proyeksi sebelumnya di bulan Juli. Namun demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 tidak berubah di level 4,9%.


“IMF mengemukakan, pemulihan ekonomi global masih solid, meski beberapa aspek memengaruhi perubahan proyeksi seperti isu gangguan supply di negara maju serta sempat memburuknya kasus Covid-19 di negara berkembang akibat varian Delta,” kata Febrio.


Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2021 terjadi secara luas di negara maju maupun negara berkembang. Hal ini menunjukkan adanya risiko global yang meningkat.

Dua perekonomian terbesar dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, juga mendapatkan revisi ke bawah untuk outlook pertumbuhannya. Ekonomi AS diproyeksikan tumbuh 6,0% di 2021 (turun 1,0 pp), sementara Tiongkok tumbuh 8,0% (turun 0,1 pp).


Penurunan proyeksi pertumbuhan AS didorong isu gangguan supply yang ditandai dengan naiknya tekanan inflasi yang mencapai rekor tertinggi dalam beberapa dekade terakhir.

Konsekuensinya, konsumsi mengalami perlambatan di triwulan ke-3 yang turut dipengaruhi oleh kenaikan kasus Covid-19.

Di sisi lain, penurunan proyeksi pertumbuhan Tiongkok disebabkan pengurangan investasi publik dan pengetatan regulasi di sektor properti.


Penurunan proyeksi juga dialami ASEAN-5, di mana laju pertumbuhan 2021 diperkirakan hanya mencapai 2,9% (turun 1,4 pp). Penyebaran varian Delta menjadi faktor utama dari revisi ke bawah yang dilakukan pada kawasan ini, selain jangkauan vaksinasi negara-negaranya yang relatif masih rendah dibanding negara maju.


“Secara detail, proyeksi pertumbuhan Indonesia oleh IMF berada di tingkat 3,2 persen atau turun 0,7 pp dari proyeksi Juli. Penurunan proyeksi Indonesia tidak sedalam koreksi pada negara ASEAN-5 lain yakni Thailand 1,0 persen (turun 1,1 pp), Malaysia 3,5 persen (turun 1,2 pp), Filipina 3,2 persen (turun 2,2 pp) dan Vietnam 3,8 persen (turun 2,7 pp),” ujar Nathan.


Pemerintah Indonesia juga terus mewaspadai berbagai risiko global yang terjadi. Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih terus menjadi fokus perhatian Pemerintah.


Pemerintah mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga kewaspadaan dengan tetap disiplin pada prorokol kesehatan serta terus menyukseskan program vaksinasi yang diharapkan dapat menjangkau 208 juta penduduk untuk mencapai kekebalan komunal di akhir tahun 2021.

Saat ini, per 12 Oktober 2021, total vaksinasi Indonesia mencapai 157,93 juta dosis (28,87% terhadap populasi), di mana dosis pertama mencapai 100,32 juta dosis (36,68%) dan dosis kedua 57,61 juta dosis (21,06%).


Seiring dengan membaiknya situasi pandemi Covid-19 di dalam negeri, momentum pemulihan ekonomi telah menguat khususnya sejak September 2021. Hal ini tercermin dari berbagai indikator ekonomi, seperti mobilitas penduduk yang sudah kembali ke zona pertumbuhan positif dan PMI Manufaktur yang sudah kembali ke level ekspansif setelah terkontraksi di Juli dan Agustus.

Pemerintah meyakini momentum pemulihan ekonomi akan terus berlanjut seiring perbaikan kondisi pandemi, akselerasi vaksinasi yang akan terus didorong, serta dukungan berbagai kebijakan yang supportif dan terukur.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut termasuk perkembangan indikator ekonomi terkini, Pemerintah melihat outlook pertumbuhan Indonesia di 2021 di kisaran 3,7% – 4,5%,” tegas Febrio.


Pemerintah akan memastikan kebijakan ekonomi dan fiskal akan terus diarahkan untuk mendukung upaya pengendalian pandemi, menjaga keberlanjutan pemulihan ekonomi, serta akselerasi reformasi struktural.

Hal ini tercermin dalam kebijakan APBN 2022 yang telah disepakati oleh Pemerintah dan DPR RI. Kebijakan APBN 2022 menunjukkan adanya sikap kewaspadaan dan antisipatif terhadap peningkatan risiko global yang telah terjadi.

Defisit fiskal di tahun 2022 disepakati pada tingkat 4,85% dari PDB, yang akan terus mendukung pemulihan di tengah upaya konsolidasi secara bertahap.

Check Also

BEI Pertanyakan Alasan DEWA Tetapkan Harga Private Placement Rp65 Per Saham

MarketNews.id-Bursa Efek Indonesia (BEI), menelisik penetapan harga pelaksanaan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *