Marketnews.id Bank Indonesia (BI) kembali merevisi angka pertumbuhan ekonomi ekonomi global lantaran adanya gangguan rantai pasokan dan energi global.
Disisi lain pertumbuhan ekonomi Eropa lebih tinggi sehingga menahan perlambatan ekonomi global.
Perkiraan yang dibuat oleh BI selaras dengan perkiraan yang di rilis oleh IMF hari ini 20 Oktober 2021. Bahkan untuk wilayah Asia, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia jadi 6,5 persen atau turun 1,1 poin persentase dari proyeksi yang dibuat pada April.
Penurunan yang dibuat IMF lantaran lonjakan kasus varian Delta yang memukul konsumsi dan output pabrik.
Bank Indonesia (BI) merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 5,7 persen dari sebelumnya sebesar 5,8 persen. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS), Tiongkok, dan Jepang lebih rendah dari asumsi sebelumnya akibat adanya kenaikan kasus varian delta Covid-19.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengataakan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah tersebut dipicu oleh gangguan rantai pasokan dan energi global. Di sisi lain, pemulihan ekonomi Eropa lebih tinggi sehingga menahan perlambatan ekonomi global. Kinerja sejumlah indikator dini seperti Purchasing Managers’ Index (PMI), penjualan eceran, dan keyakinan konsumen secara umum juga melambat pada September 2021.
“Dengan perkembangan tersebut, kami merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi global 2021 menjadi 5,7 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,8 persen,” kata Perry dalam konferensi pers virtual, Selasa, 19 Oktober 2021.
Lebih jauh Perry menambahkan, pemulihan ekonomi dunia diyakini akan tetap berlanjut pada tahun 2022 meskipun dampak dari gangguan rantai pasokan dan keterbatasan energi perlu tetap diwaspadai.
Ketidakpastian pasar keuangan global sedikit menurun di tengah kekhawatiran pengetatan kebijakan moneter global yang lebih cepat sejalan kenaikan inflasi yang terus berlangsung.
Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tetap berlanjutnya aliran portofolio global ke negara berkembang, khususnya di negara-negara yang mempunyai imbal hasil aset keuangan yang menarik dan kondisi ekonomi yang membaik.
“Kami perkirakan tahun ini membaik dibandingkan tahun lalu dan tahun depan akan melanjutkan perbaikan namun untuk angkanya kami sampaikan nanti,” pungkas Perry Warjiyo.