Marketnews.id PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) ditetapkan mendapat rating tertinggi yakni idAAA” oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk obligasi dan Medium Term Notes (MTN) yang diterbitkan TLKM pada 2015 dan 2018.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan peringkat PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLn level idAAA (Triple A). Peringkat yang sama juga disematkan pada obligasi dan medium term notes (MTN) yang diterbitkan TLKM pada 2015 dan 2018.
Menurut analis Pefindo, Qorri Aina dalam siaran pers yang dikirim melalui surat elektronik, Selasa (15/6), peringkat idAAA diberikan kepada TLKM sebagai perusahaan yang berlaku selama kurun 10 Juni 2021-1 Juni 2022, dengan prospek ‘Stabil’.
Selain itu, peringkat idAAA juga diberikan pada sejumlah surat utang TLKM, yakni Obligasi Berkelanjutan I-2015 dan Medium Term Notes (MTN) I-2018. Pefindo juga menetapkan peringkat idAAA(sy) pada MTN Syariah Ijarah I yang dirilis TLKM pada 2018.
Qorri menyebutkan, saat ini TLKM sedang merencanakan untuk melunasi MTN I-2018 Seri C sebesar Rp296 miliar dan MTN Syariah Ijarah I-2018 Seri C senilai Rp182 miliar yang akan jatuh tempo pada 4 September 2021. Adapun dana pelunasan MTN tersebut akan menggunakan kas internal. Per 31 Desember 2020, TLKM mencatatkan posisi kas dan setara kas sebesar Rp20,6 triliun.
Lebih lanjut Qorri menjelaskan, obligor berperingkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh Pefindo. Sehingga, TLKM mempunyai kemampuan superior untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya. Akhiran (sy) bermakna bahwa peringkat sudah mempersyaratkan pemenuhan prinsip syariah.
“Peringkat (TLKM) mencerminkan posisi bisnis perusahaan yang superior dan didukung oleh bisnis yang terdiversifikasi, serta memiliki jaringan yang luas. Profil keuangan sangat kuat dan memiliki marjin profitabilitas yang kuat,” ujar Qorri.
Namun demikian, jelas Qorri, peringkat pada TLKM tersebut dibatasi oleh persaingan industri telekomunikasi yang ketat. “Meskipun menghadapi persaingan yang ketat, tetapi posisi bisnis TLKM seharusnya tetap unggul dalam jangka pendek hingga menengah, karena didukung infrastruktur dan jaringan yang mapan,” tuturnya.
Lebih lanjut Qorri mengungkapkan, peringkat TLKM bisa diturunkan, jika kompetisi semakin ketat atau investasi di masa depan berdampak buruk terhadap profil bisnis dan keuangan perseroan. “Peringkat juga dapat mengalami tekanan, jika terdapat tambahan utang dengan jumlah besar yang berdampak pada pelemahan kondisi keuangan perusahaan,” katanya.
Qorri menambahkan, sejauh ini Pefindo melihat industri telekomunikasi memiliki eksposur yang rendah terhadap dampak negatif dari kondisi pandemi Covid-19.
Namun, lanjut dia, pemain di industri ini dimungkinkan masih mendapatkan dampak tidak langsung, seperti jangka waktu pembayaran dari pelanggan yang lebih lama, karena mengalami kesulitan keuangan dan daya beli yang lebih rendah.