Marketnews.id Bisnis sektor hiburan seperti bioskop sepanjang tahun lalu dipastikan mengalami kerugian lantaran adanya batasan penonton di bioskop. PT Graha Layar prima Tbk mengalami kerugian signifikan sebesar Rp 445,83 miliar. Padahal tahun sebelumnya 2019 perseroan hanya alami kerugian sebesar Rp 83,34 miliar. Mampukah sektor bisnis bioskop dapat bertahan bila pendemi Covid-19 belum juga berakhir.
Sepanjang 2020, PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) mencatatkan rugi bersih mencapai Rp445,83 miliar, padahal setahun sebelumnya perseroan mampu membukukan laba bersih sebesar Rp83,34 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan BLTZ yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (25/5) malam, perusahaan pemilik brand CGV blitz ini hanya bisa meraih pendapatan bersih di 2020 senilai Rp255,84 miliar atau mengalami penurunan tajam dibanding 2019 yang mencapai Rp1,41 triliun.
Beban pokok pendapatan BLTZ selama tahun lalu tercatat Rp323,19 miliar atau lebih rendah dibanding setahun sebelumnya yang sebesar Rp872,74 miliar. Sehingga untuk Tahun Buku 2020, perseroan mencatatkan rugi bruto sebesar Rp67,35 miliar dibanding setahun sebelumnya yang meraih laba bruto Rp541,86 miliar.
Di tengah penurunan pendapatan bersih, penurunan sejumlah beban juga diterima BLTZ di sepanjang 2020, seperti beban penjualan hanya senilai Rp1,51 miliar, serta beban umum dan administrasi sebesar Rp218,97 miliar. Namun, biaya keuangan BLTZ pada tahun lalu meningkat menjadi Rp119,31 miliar dari Rp16,75 miliar di 2019.
Pada tahun lalu, BLTZ mengalami kerugian selisih kurs sebesar Rp24,22 miliar atau sedikit lebih tinggi dibanding 2019 yang senilai Rp23,16 miliar. Selain itu, pada 2020 BLTZ mencatatkan kerugian lain-lain sebesar Rp106,03 miliar, namun pada pos ini di 2019 tercatat bahwa perseroan mampu meraih keuntungan lain-lain senilai Rp7,24 miliar.
Adapun rugi sebelum pajak yang dicatatkan BLTZ untuk Tahun Buku 2020 sebesar Rp533,02 miliar, sedangkan pada tahun sebelumnya masih bisa meraih laba sebelum pajak senilai Rp114,71 miliar.
Dengan perolehan manfaat pajak penghasilan di 2020 yang sebesar Rp87,19 miliar, maka pada tahun lalu BLTZ mencatatkan rugi tahun berjalan sebesar Rp445,83 miliar. Sementara itu, hingga akhir Desember 2020, BLTZ mencatatkan rugi per saham dasar sebesar Rp510 per lembar, padahal di akhir Desember 2019 masih mencatatkan laba Rp95 per saham.
Pada 31 Desember 2020, total liabilitas BLTZ tercatat melambung menjadi Rp1,64 triliun dari posisi per 31 Desember 2019 yang senilai Rp673,49 miliar. Sedangkan, total ekuitas hingga akhir tahun lalu tercatat anjlok menjadi Rp796,36 miliar dari Rp1,24 triliun per akhir Desember 2019. Dengan kinerja keuangan di atas, banyak analis ragu dengan bisnis ini. Apalagi, bila perseroan tidak segera melakukan inovasi bisnis.