Marketnews.id Kuartal kedua tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi hingga minus 5,3 persen. Untuk tahun ini, khususnya di kuartal kedua, Pemerintah.lewat Kementrian Keuangan memproyeksikan pertumbuhan pada kuartal kedua akan mencapai 7 persen hingga 8 persen. Optimisme di atas didasari oleh tingginya permintaan semen dan kendaraan bermotor serta suksesnya program vaksinisasi Covid-19. Realistiskah proyeksi ini, mengingat dari sektor usaha, lewat Apindo menyatakan sekitar 60 persen pengusaha masih terbelit kredit macet di perbankan.
Kepala Pusat Kebijakan Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Hidayat Amir memproyeksikan, ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 7 persen sampai 8 persen pada kuartal II tahun ini karena adanya akselerasi pemulihan.
“Kuartal II kami yakin kalau ritme dan tren perbaikan COVID-19 terus berlanjut maka pemulihan bisa diakselerasi ke pertumbuhan 7 persen sampai 8 persen,” katanya dalam webinar Indonesia Macroeconomic Update 2021 di Jakarta, Kamis.
Amir mengatakan proyeksi pertumbuhan di level tersebut masih realistis mengingat Indonesia memiliki dasar yang rendah pada kuartal II tahu lalu yakni minus 5,3 persen.
Tak hanya itu, berbagai indikator pertumbuhan ekonomi juga terlihat mulai mengalami peningkatan setelah tertekan dampak pandemi yang luar biasa pada tahun lalu seperti penjualan semen dan kendaraan bermotor.
“Mudah-mudahan beberapa indikator yang muncul seperti penjualan semen dan kendaraan bermotor bisa menjadi leading indikator,” ujarnya.
Lebih jauh Ia memastikan, pihaknya akan terus memantau berbagai perkembangan yang terjadi pada indikator perekonomian tersebut sekaligus mengakselerasi upaya penanganan COVID-19.
Di sisi lain, Amir memprediksikan ekonomi Indonesia untuk kuartal I tahun ini masih akan berada dalam zona kontraksi yaitu di sekitar minus 1,1 persen hingga minus 0,1 persen.
“Kemungkinan akan mendekati level bawah tapi kita lihat beberapa indikator terus membaik. Kita pantau terus menerus perubahan ini,” tegasnya.