Marketnews.id PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT), belakangan ini terus bernegosiasi dengan calon pembeli menara telekomunikasi yang perseroan akan jual. Saat ini dikabarkan calon pembelinya adalah Digital Colony sebuah perusahaan investasi infrastruktur asal AS. Seperti diketahui, sebelumnya di tahun 2019 ISAT telah melepas 3.100 menara telekomunikasi yang dimiliki dan berhasil membuat perusahaan ini memperbaiki kinerja keuangan dengan mengantongi laba secara signifikan di tahun 2019.
PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT), dikabarkan telah mendekati kesepakatan penjualan 4.000 menara telekomunikasi dengan perusahaan investasi infrastruktur yang berkantor pusat di Amerika Serikat (AS), Digital Colony. Nilai kesepakatan ini diperkirakan lebih dari US$ 700 juta.
“Perusahaan sedang mengerjakan rincian transaksi yang akan diumumkan paling cepat pekan ini. Digital Colony berencana membeli aset menara Indosat melalui Edgepoint Infrastructure,” tulis laporan Bloomberg, Selasa (30/3).
Edgepoint Infrastructure merupakan hasil kemitraan strategis yang dibentuk baru-baru ini antara Digital Colony dengan mantan CEO Edotco Group Sdn Suresh Sidhu. Saat ini, Edgepoint memiliki basis operasional di Singapura, yang fokus berinvestasi, baik lewat jalan akuisisi maupun organik di sektor menara telekomunikasi wilayah Asia Pasifik.
Sebagai informasi, Digital Colony dikendalikan oleh para eksekutif yang berpengalaman di industri menara global. Perseroan didirikan pada 2017 oleh Digital Bridge Holdings dan Colony Capital. Adapun, Digital Bridge dibentuk pada 2013 oleh Marc Ganzi, pendiri perusahaan menara, Global Tower Partners bersama Ben Jenkins, mantan eksekutif Blackstone Group.
Pada 2019, Digital Colony tercatat meluncurkan pendanaan investasi khusus infrastruktur digital dengan modal US$ 4,06 miliar. Digital Colony fokus pada empat strategi bisnis, yakni menara telekomunikasi, data center, jaringan kabel optik, dan menara small cell. Perseroan memiliki portofolio pada 15 perusahaan yang bergerak di empat bisnis tersebut dan lokasinya menyebar, mulai dari Amerika Utara hingga Eropa.
Hingga kini, manajemen Indosat belum mengungkapkan sejauh mana proses penjualan 4.000 menara telekomunikasi. Perseroan mengumumkan menjajaki penjualan menara tersebut pada Februari lalu, tanpa menyebutkan target nilai dan pembeli potensial.
Penjualan menara merupakan bagian dari upaya normalisasi Indosat. Hal ini berdampak terhadap kinerja perseroan secara signifikan. Pada 2019, Indosat membukukan laba bersih Rp 1,57 triliun, melonjak dari posisi rugi bersih 2018 sebesar Rp 2,4 triliun. Kemudian, Indosat mesti kembali mengalami rugi bersih pada 2020 sebesar Rp 716,7 miliar.
Pada 2019, Indosat menjual 3.100 menaranya kepada PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Tercatat sebanyak 2.100 menara dilepas kepada Mitratel, sedangkan 1.000 menara dilepas kepada Protelindo. Dari hasil penjualan 3.100 menara tersebut, perseroan meraih dana segar Rp 6,39 triliun.
Sebelumnya, penjualan menara sempat terjadi pada 2012 ketika Indosat melepas 2.500 unit kepada PT Tower Bersama Infrastcructure Tbk (TBIG) senilai US$ 519 juta. Dengan nilai tukar rupiah saat itu, penjualan menara mencapai Rp 4,76 triliun.