Marketnews.id Semua instrumen yang dimiliki oleh Bank Indonesia (BI) untuk mendukung perekonomian nasional telah dikeluarkan. Mulai dari relaksasi kebijakan makroprudential hingga dukungan pembiayaan untuk pemenuhan likuiditas perbankan melalui quantitative easing dengan nilai mencapai Rp 750,38 triliun dan dukungan pembelian SBN perdana sebesar Rp 473 triliun. Meskipun begitu BI terus akan mendukung program pemerintah untuk pemulihan ekonomi nasional.
Bank Indonesia (BI) mengklaim sudah all out dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN). Mulai dari penurunan suku bunga acuan, relaksasi kebijakan makroprudential hingga dukungan pembiayaan untuk pemenuhan likuiditas perbankan melalui quantitative easing dengan nilainya mencapai Rp750,38 triliun.
Sementara dukungan pembiayaan bagi APBN di tahun 2020 melalui pembelian SBN di pasar perdana sebesar Rp473,42 triliun. Kemudian di tahun 2021 hingga periode 16 Februari 2021 nilainya mencapai Rp40,77 triliun. Dengan berbagai dukungan pemulihan ekonomi itu, BI memandang memang masih ada room untuk penurunan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI 7 DRRR ) meski sangat terbatas.
“Dengan sangat agresif BI sudah turunkan BI rate hingga 150 basis poin, maka room kami menjadi lebih terbatas, tapi bukan berarti kita nggak perduli terhadap perekonomian loh. BI udah all out, semua instrumen dalam rangka memulihkan ekonomi sudah kita keluarkan,” ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam paparannya pada Webinar CNBC Economic Outlook 2021, Kamis (25/2).
Ditegaskan Perry bahwa dalam menentukan besaran suku bunga BI 7 DRRR salah satunya perlu memperhatikan tingkat inflasi. Tingkat inflasi pada tahun 2020 lalu sebesar 1,68 persen atau sangat rendah dari target yang dicanangkan 3 plus minus 1 persen. Dengan begitu jika tingkat inflasi semakin rendah memang ada peluang penurunan suku bunga acuan, namun perlu memperhatikan kondisi perekonomian makro lainnya yang menjadi patokan atau dasar penurunan atau kenaikan suku bunga.
Untuk menentukan suku bunga BI kita harus melihat inflasi. Di berbagai negara beda – beda tingkat inflasinya, di negara maju memang mendekati nol persen maka suku bunganya juga ada yang hampir nol persen,” pungkas dia.
Lalu, langkah apalagi kah yang akan dilakukan oleh BI. Mengingatkan perbankan agar lebih responsif dalam penyaluran kredit agar pertumbuhan ekonomi dapat bergerak.
Seperti diketahui, BI telah menurunkan suku bunga acuan lebih dari 200 basis poin, sementara perbankan baru menurunkan tingkat bunga kurang dari 90 basis poin. Perbankan terlalu ambil untung besar dari selisih bunga atau dunia usaha yang belum berani lakukan ekspansi usaha.