Marketnews.id Melemahnya permintaan batubara di dalam negeri dan membaiknya harga di pasar luar negeri, membuka peluang pemerintah menambah porsi untuk pasar ekspor. Apalagi dalam setahun terakhir produksi batubara dalam negeri terus tumbuh hingga mencapai 558 juta ton.
Pemerintah bakal mengkaji kembali upaya peningkatan ekspor batubara. Pasalnya saat ini permintaan batubara dunia sedang bergeliat sementara konsumsi dalam negeri masih relatif kecil. Terlebih kini harga batubara di pasar internasional juga sedang dalam tren perbaikan.
Menteri ESDM , Arifin Tasrif, menjelaskan pada tahun 2020 lalu total produksi batubara dalam negeri mencapai 558 juta ton. Padahal semula targetnya hanya 550 juta ton. Realisasi itu setara 101,4 persen dari target yang ditetapkan di awal meskipun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2019 masih lebih rendah karena saat itu jumlah produksinya 616 juta ton.
Melihat produksi yang berlimpah itu, ada peluang bagi pemerintah untuk memperbesar kran ekspor batubara. Namun sebelum peluang itu dibuka, pemerintah akan memastikan terlebih dahulu untuk memastikan kebutuhan dalam negeri tercukupi. Bahkan untuk menggenjot permintaan domestik, pemerintah berupaya untuk mengcreate pasar baru.
“Kita prioritaskan kebutuhan dalam negeri dulu, sebab harus dipenuhi karena itu prioritas utama kita. Kita akan lihat lagi nanti (penambahan kuota ekspor) kalau tren harga internasional bagus, kita akan evaluasi kembali,” tutur Arifin dalam konferensi pers virtual, Kamis (7/1).
Diakui bahwa konsumsi batubara domestik masih perlu ditingkatkan. Pasalnya saat ini konsumsi domestik hanya sebesar 132 juta ton atau sekitar 85 persen dari target awal sebesar 155 juta ton. Artinya volume produksi batubara nasional selama ini memang lebih dominan diekspor ke negara-negara mitra terutama ke China.
“Konsumen batubara rata-rata adalah negara – negara yang ada musim dingin karena kebutuhan energinya meningkat dan adanya indikasi bangkitnya ekonomi, makanya untuk ekspor ini akan akan kita pelajari dulu,” pungkasnya.