Marketnews.id Hari ini perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), secara resmi telah dibuka oleh Menkoperekonomian Airlangga Hartarto dengan optimisme pasar modal Indonesia akan kembali memimpin menjadi pasar modal teraktif di Asean.
Seperti diketahui, pasar modal Indonesia sepanjang tahun lalu mampu meredam kejatuhan bursa akibat pendemi Covid-19. Investor ritel domestik jadi pemain baru sekaligus jadi “penyelamat” pasar modal dari keterpurukan akibat di tinggalkan oleh investor asing. Investor ritel kini sudah mampu jadi penyeimbang aktifitas investor asing.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini, industri pasar modal akan kembali mengalami kebangkitan di 2021, tercermin dari sejumlah sinyal pemulihan ekonomi di sepanjang 2020 yang topang oleh sinergi kebijakan pemerintah, Bank Indonesia (BI) dan OJK.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso menyebutkan, sinergi kebijakan extraordinary untuk meredam dampak pandemi Covid-19 telah dilakukan pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan fiskal akomodatif. BI melalui pelonggaran likuiditas dan penurunan suku bunga, serta OJK yang mengeluarkan kebijakan stabilisasi pasar keuangan.
“Sinyal pemulihan ekonomi merupakan momentum bagi bangkitnya industri pasar modal, baik dari sisi investor yang disediakan alternatif instrumen investasi dengan return yang lebih tinggi dari deposito. Dan, dari sisi issuer disediakan alternatif pembiayaan dengan yield yang relatif rendah dibanding kredit perbankan,” papar Wimboh di Jakarta, Senin (4/1).
Lebih lanjut dia mengungkapkan, momentum kebangkitan pasar modal juga tercermin dari sejumlah capaian di 2020, seperti peningkatan transaksi investor sebesar 73 persen dari tahun sebelumnya. “Transaksi investor ritel meningkat empat kali lipat dan merupakan tertinggi di Asean,” ucapnya.
Selain itu, kata Wimboh, jumlah investor pasar modal di 2020 meningkat 56 persen (year-on-year) menjadi 3,88 juta investor yang didominasi investor domestik yang berumur di bawah 30 tahun, yakni tercatat sebanyak 54,79 persen dari total investor.
“Antusiasme kalangan korporasi untuk terus menggalang dana melalui penawaran umum, ternyata masih terjaga di masa pandemi. Terdapat 53 emiten baru, dengan 51 perusahaan tercatat di Bursa dan merupakan tertinggi di Asean, dengan nilai penghimpunan dana sebesar Rp118,7 triliun,” ujar Wimboh.
Lebih jauh Wimboh menjelaskan, sinyal pemulihan ekonomi Indonesia yang dihasilkan dari sinergi antara pemerintah, BI dan OJK bisa terlihat pada pertumbuhan PDB yang membaik di Kuartal III-2020 dari minus 5,32 persen di Kuartal II-2020 menjadi minus 3,49 persen. “Ada juga kenaikan penjualan kendaraan bermotor, kinerja manufaktur yang kembali ke zona ekspansi dan indeks penjualan eceran membaik,” tuturnya.
Dia menyatakan, perbaikan pertumbuhan ekonomi di Kuartal III-2020 mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi terus berlangsung dan sudah memperlihatkan sinyal positif. Stabilitas sektor jasa keuangan juga tetap terjaga yang ditunjukkan oleh rasio kecukupan modal (CAR) perbankan mencapai 24,19 persen.
Bahkan, tambah Wimboh, likuiditas yang memadai didukung oleh alat likuid perbankan yang terus meningkat pada level tertinggi dalam sejarah, yakni mencapai Rp2,250 triliun. “Profil risiko juga dapat dikelola dengan baik, tercermin dari tingkat NPL di 3,18 persen. Ternyata, restrukturisasi hanya 18 persen dari total kredit,” pungkasnya.