Marketnews.id Pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2020 ini mencatat beberapa rekor baru, khususnya capaian jumlah investor yang bertambah secara signifikan di saat pendemi Covid-19 melanda negeri ini.
Betapa tidak, disaat hampir seluruh bursa mengalami penurunan tajam lantaran pendemi yang mendunia. Pasar modal Indonesia hingga Minggu ketiga bulan Desember ini mampu kembali bangkit dan mendekati posisi indeks saham sebelum pendemi Covid-19. Posisi indeks saham yang telah tembus 6.000 ini diantaranya disebabkan masuknya investor ritel milenial baru yang jumlahnya mencapai 3,6 juta investor dimana diantaranya 1.547.619 SID investor saham.
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia ( KSEI ) melaporkan, hingga 23 Desember 2020 jumlah investor di pasar modal mencapai 3.615.019 single investor identification (SID) atau bertumbuh 45,51 persen dari posisi per akhir Desember 2019. Adapun komposisi terbesar ada pada investor reksa dana yang sebanyak 2.905.718 SID.
“Saat ini jumlah investor semakin didominasi oleh investor milenial dengan total sebesar 73,83 persen investor berusia di bawah 30 tahun sampai dengan 40 tahun,” kata Direktur Utama KSEI , Uriep Budhi Prasetyo dalam acara Media Gathering KSEI yang digelar secara virtual di Jakarta, Rabu (23/12).
Lebih jauh Uriep menjelaskan, dari total investor sebanyak 3,6 juta SID tersebut, sebanyak 1.547.619 SID merupakan investor yang memiliki aset saham, investor reksa dana sebanyak 2.905.718 SID dan investor surat berharga negara (SBN) sebanyak 452.635 SID. “Pembukaan rekening yang dilakukan investor sebesar 52,09 persen SID melalui selling agent fintech. Platform digital menjadi sarana yang banyak dimanfaatkan oleh investor,” ucapnya.
Dia menyebutkan, per 30 November 2020, investor pasar modal didominasi oleh laki-laki yang mencapai 61,11 persen. Dari sisi usia, sebesar 50,24 persen berumur di bawah 30 tahun, sedangkan dari sisi pekerjaan didominasi oleh pegawai swasta yang mencapai 44,09 persen. “Sebesar 58,16 persen merupakan investor berpenghasilan sekitar Rp10 juta-Rp100 juta per tahun dan sebesar 72,12 persen berada di Pulau Jawa,” kata Uriep.
Saat ini, lanjut Uriep, KSEI sedang menyusun 30 program kerja, yang sembilan di antaranya merupakan program strategis. Salah satunya adalah rencana pengembangan alternatif penyimpanan dana nasabah pada Sub Rekening Efek (SRE) untuk instrumen Efek Bersifat Ekuitas dan Efek Bersifat Utang, serta Investor Fund Unit Account ( IFUA ) untuk instrumen reksa dana.
“Program ini bertujuan untuk memberikan alternatif tempat penyimpanan dana dalam rangka penyelesaian transaksi di pasar modal,” jelas Uriep.