Marketnews.id Penurunan rating yang dimiliki oleh PT Adhi Karya Tbk (Persero) salah satunya disebabkan jumlah utang perseroan lebih tinggi untuk membiayai investasi dalam proyek proyek infrastruktur serta peningkatan dana awal untuk modal kerja. Ini terjadi karena tren pergeseran dari proyek proyek Pemerintah dan BUMN yang menggunakan pembayaran proyek skema turnkey dan penundaan pembayaran dari proyek konstruksi.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), menetapkan peringkat PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) maupun Obligasi Berkelanjutan III di level idA- (single A minus), dengan prospek rating perusahaan yang dipertahankan pada posisi negatif.
Berdasarkan laporan Pefindo yang didasari oleh analisa dari analis Aryo Perbongso dan Yogie Surya Perdana, peringkat dan outlook ADHI tersebut berlaku hingga 1 Agustus 2021. Selain menetapkan peringkat idA- pada ADHI sebagai perusahaan, Pefindo juga menetapkan peringkat yang sama pada Obligasi Berkelanjutan III-2020 milik ADHI sebesar maksimum Rp2 triliun.
Prospektus ADHI menyebutkan, sedianya dana penerbitan obligasi tersebut akan digunakan untuk refinancing utang sebesar 50 persen dan sebesar 50 persen lagi untuk belanja investasi. “Prospek untuk peringkat perusahaan dipertahankan pada posisi negatif, untuk mengantisipasi penurunan profil keuangan ADHI”.
Pefindo menyebutkan, jumlah utang ADHI lebih tinggi untuk membiayai investasi dalam proyek-proyek infrastruktur serta peningkatan dana awal untuk modal kerja, karena tren pergeseran dari proyek-proyek pemerintah dan BUMN yang menggunakan pembayaran proyek skema turnkey dan penundaan pembayaran dari proyek konstruksi.
“Keterlambatan pembayaran proyek disebabkan oleh wabah virus corona (Covid-19) yang mengakibatkan keterlambatan pekerjaan konstruksi dan proses administrasi untuk pembayaran progres proyek akibat kebijakan physical distancing”.
Sehingga, menurut Pefindo, kondisi tersebut ikut mempengaruhi pendapatan ADHI dan target penjualan properti yang pada akhirnya melemahkan peringkat secara keseluruhan. “Obligor berperingkat idA memiliki kemampuan kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang”.
Namun, kemampuan obligor akan mudah terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi, dibandingkan obligor dengan peringkat lebih tinggi. Tanda minus (-) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif lemah dan berada di bawah rata-rata kategori yang bersangkutan.
Pefindo mengungkapkan, peringkat ADHI akan diturunkan, jika perusahaan berutang lebih banyak daripada yang diproyeksikan, karena adanya penundaan pembayaran proyek. Sehingga, bisa menyebabkan leverage keuangan ADHI menjadi lebih agresif dan rasio cakupan bunga melemah, tercermin dari rasio debt to EBITDA yang meningkat substansial secara berkelanjutan.
Tetapi, Pefindo bisa merevisi prospek ADHI menjadi stabil, jika perusahaan pelat merah ini mampu meningkatkan profil keuangan ke level yang sesuai dengan peringkat idA- secara berkelanjutan. Sebagaimana diketahui, saham ADHI dimiliki publik sebanyak 49 persen, sedangkan sisanya dimiliki oleh pemerintah.