Marketnews.id Persaingan bisnis Teknologi Finansial semakin keras dan kencang belakangan ini. Sebagai perusahaan rintisan dengan basis bisnis keuangan semakin sarat dengan permodalan. Tidak heran bila saat ini satu per satu perusahaan fintek menjalin kaloborasi dengan perusahaan multinasional guna mendapatkan pendanaan guna pengembangan usaha. Seperti diketahui, perusahaan fintek LinkAja, Tokopedia, Gojek, Bukalapak, Shopie dan lainnya saat ini berlomba meraih pendanaan dari investor termasuk lewat pendanaan lewat pasar modal.
Fintek LinkAja, salah satu perusahaan milik BUMN ini, diperkirakan akan masuk pasar modal di tahun depan seperti yang disampaikan oleh wakil Menteri BUMN beberapa waktu lalu.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengklaim bahwa banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi di LinkAja. Adapun, diperkirakan LinkAja akan mendapat sekitar US$60 juta atau setara dengan Rp847,8 miliar pada seri pendanaan nanti.
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan investor sangat antusias untuk berinvestasi di LinkAja.
Dia menilai terdapat dua faktor yang membuat investor ingin berinvestasi di LinkAja. Pertama, untuk membuka ekosistem agar bisa masuk ke ekosistem BUMN. Kedua, modernisasi perusahaan modal ventura BUMN –MDI Ventures, BRI Ventures dan Mandiri Capital Indonesia – menjadi sebuah perusahaan yang lebih ‘muda’ dan dikelola oleh profesional.
“Masuk ke ekosistem BUMN kan tidak mudah, kalau bekerja sama dengan ekosistem BUMN maka otomatis akan masuk ke ekosistem BUMN seperti transportasi, logistik, pembayaran bantuan sosial dan lain sebagainya,” kata Kartika dalam acara Money Talks, Rabu (25/11/2020).
Adapun mengenai target nilai pendanaan yang coba dihimpun dari para investor, Kartika mengaku belum mengetahui secara pasti, tetapi diperkirakan sekitar US$50 juta – US$60 juta.
“Setahu saya yang di Seri ini kami targetkan sekitar US$50 juta – US$60 juta,” kata Kartika.
PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) angkat bicara terkait rencana PT Fintek Karya Nusantara (LinkAja) untuk melantai di bursa efek dalam kurun waktu 1 hingga 1,5 tahun mendatang.
Seperti diketahui, anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. alias TLKM tersebut merupakan salah satu pemegang saham terbesar LinkAja.
Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro mengatakan para pemegang saham terbuka atas segala kemungkinan pendanaan, termasuk melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO). Namun, mereka belum menentukan waktu yang pasti untuk aksi korporasi tersebut.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan ada peluang bagi LinkAja untuk melakukan melantai di bursa. Pun, dia menyebut rencananya IPO dilakukan pada 2021 atau pertengahan 2022.
Pria yang biasa disapa Tiko ini menjelaskan, LinkAja mesti melalui beberapa tahap penggalangan dana terlebih dahulu untuk bisa IPO. Adapun Kementerian BUMN akan mengumumkan hasil dari penggalangan dana yang dilakukan sekitar 1 – 2 bulan lagi.
Tiko meyakini, saat hasil penggalangan dana tersebut diumumkan, akan ada investor swasta yang masuk dan berinvestasi di LinkAja. Oleh karena itu dia menargetkan setidaknya dalam 1-2 putaran pendanaan lagi tekfin pelat merah ini bisa masuk bursa.
Dia menjabarkan, pendanaan untuk Link A aja dimulai dari BUMN kemudian berlanjut oleh swasta. “Mungkin kita ke Seri C dulu terus baru ketika Seri D nanti kita IPO. Jadi bayangan saya sekitar 1 -1,5 tahun lagi karena masih dalam pengembangan dan yang paham bisnis ini dahulu,” jelasnya dalam diskusi virtual Money Talks, Rabu (25/11/2020).
Dia menyebut perusahaan BUMN tidak harus membangun perusahaan rintisan atau aplikasi sendiri. Bahkan, perusahaan aplikasi yang telah dibangun oleh BUMN seperti LinkAja dapat dijadikan semi perusahaan rintisan.
Sekadar catatan, pada awal November 2020, LinkAja mendapatkan suntikan dana senilai US$100 juta, yang dipimpin oleh Grab, bersama dengan Telkomsel, BRI Ventura Investama, dan Mandiri Capital Indonesia. Pendanaan Seri B yang berhasil diperoleh tersebut digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis.
LinkAja hadir di Indonesia pada 30 Juni 2019. LinkAja merupakan uang elektronik hasil sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Saat ini LinkAja telah memiliki lebih dari 58 juta pengguna terdaftar, dengan lebih dari 80 persen penggunanya berasal dari kota-kota tier 2 dan 3 di Indonesia.